Nikmatnya Dipuaskan Dua SPG Susu
ZonaSex96 - Begitu rasanya malas sekali
karena pagi itu aku berangkat ke kantor pagi seklai karena banyak kerjaan yang
menumpuk dan yang tidak enaknya saat berangkat di tengah jalan hujan turun deras
sekali, karena tidak ingin basah kuyup jadinya aku berteduh di sekitar warung
terdekat.
Ibu permisi numpah berteduh Entah gak tau aku siapa namanya saat itu, hujan
mendadak turun tanpa ada pertanda mendung. “Gak apa apa dik silahkan berteduh
nunggu hujan reda kalau di lanjut perjalanannya malah basah kuyup, “jawab ibu
pemilik warung tersebut. “Saya pesan kopi susunya Bu, jangan banyak-banyak
gulanya ya,” pintaku setelah mengambil duduk dalam warung itu. Sambil menunggu
pesananku, kuamati pemandangan sekeliling warung itu. Warung tempat kuberteduh
terlihat sangat rapi dan bersih, walaupun ukurannya kecil. Sungguh, aku baru
kali itu singgah disana, meskipun sehari-hari kerab melintasi jalan di depannya.
Pagi itu, ada tiga orang yang turut berteduh sambil sarapan, Kelihatannya mereka
itu sopir dan kenek angkot yang pangkalannya tak seberapa jauh dari warung itu.
Belum lagi kopi susu yang kupesan tiba dihadapanku, kulihat dua wanita muda
masuk ke warung. “Uhh, gila hujannya ya Fin.., untung sudah sampai sini,” kata
yang berbadan agak gemuk pada temanya yang lebih langsing. Dari penampilan
mereka aku bisa menebak kalau mereka adalah sales promotion girl (SPG),
dibelakang baju kaos yang mereka pakai ada sablonan bertulis Susu Siip (sengaja
disamarkan), produk susu baru buatan lokal. Keduanya langsung duduk dibangku
panjang tepat di depanku. “Ini Dik kopi susunya, apa nggak sekalian pesan
sarapan Dik?” ibu pemilik warung membawakan pesananku. “Makasih Bu, ini saja
cukup. Saya sudah sarapan kok,” jawabku, Ibu itu pun berlalu, setelah sempat
menawarkan menu pada dua wanita muda dihadapanku. “Hm maaf Mas, apa tidak mau
coba susu kami?” sebuah suara wanita mengejutkan aku. Hampir saja aku tersedak
kopi yang sedang kuseruput dari cangkirnya, sebagian kopi malah tumpah mengotori
lengan bajuku. SahabatQQ
“Duh maaf, kaget ya Mas. Tuh jadi kotor bajunya,” wanita yang
agak gemuk menyodorkan tisue kepadaku. “Ohh, nggak apa Mbak, makasih ya,”
kuterima tisue pemberiannya dan membersihkan lengan bajuku. “Maaf, susu apa
maksud Mbak?” aku bertanya. “Hik.. Hik.. Mas ini rupanya kaget dengar susu kita
Fin,” canda sigemuk, si langsing tersenyum saja. “Ini loh Mas, susu siip. Susu
baru buatan lokal tapi oke punya. Harganya murah kok, masih promosi Mas, ada
hadiahnya kalau beli banyak,” si langsing menjelaskan, ia juga menerangkan harga
dan hadiahnya. Sebenarnya aku ingin lebih lama di warung itu supaya bisa lebih
lama bersama dua wanita SPG susu itu, tapi nampaknya hujan sudah mulai berhenti
dan aku harus melanjutkan perjalanan karena waktunya sudah mepet & Pekerjaan
dikantor masih menunggu tuk diselesaikan. “Saya tertarik Mbak, tapi kayaknya
saya harus lanjutkan perjalanan nih, tuh hujannya sudah berhenti. Emm, gimana
kalau saya kasih alamat saya, ini kartu nama saya dan kalau boleh Mbak berdua
tulis namanya disini ya,” kusodorkan selembar kartu namaku sekaligus meminta
mereka menulis namanya dibuku saku yang kubawa. “Oh Mas Andy toh namanya. Pulang
kerjanya jam berapa Mas biar bisa ketemu nanti kalau kami kerumahnya,” si gemuk
yang ternyata bernama Maya bertanya sambil senyum-senyum padaku. “Jam empat sore
juga saya sudah dirumah kok. Mbak Maya dan Mbak Wati boleh kesana sekitar jam
itu, saya tunggu ya,” jawabku. Wati yang langsing juga tersenyum. Aku kemudian
membayar kopi susu pesananku dan meninggalkan warung, untuk segera menuju ke
kantor. Jam 3 sore aku sudah menyelesaikan laporanku yang menumpuk, dan aku
langsung pulang kekontrakanku. Oh ya umurku saat itu sudah menginjak 28 tahun,
aku coba mandiri merantau dikota kembang ini. Kuputar lagu-lagu melankolisnya
Katon Bagaskara di VCD Player sambil kunikmati berbaring dikasur kamarku. Foto
Lusi kupandangi, pacarku itu sudah tiga minggu ini pindah ke Jakarta, bersama
pindah tugas bapaknya yang tentara. Kayaknya sulit melanjutkan tali kasih kami,
apalagi jarak kami sekarang jauh. Dan sepertinya ini takdirku, berkali-kali
gagal kawin gara-gara terpisah tiba-tiba, jadi jomblo sampai umur segitu.
Membayangkan kenangan manis bersama Lusi, aku akhirnya lelap tertidur ditemani
tembang manis Katon. Sampai akhirnya gedoran pintu kontrakan membangunkanku.
Astaga sudah jam setengah 5 sore, aku segera membukakan pintu utama kontrakanku
untuk melihat siapa yang datang. “Sore Mas Andy, duh baru bangun ya? Maaf ya
mengganggu lagi,” ternyata yang datang Maya dan Wati, SPG Susu yang kujumpai
pagi tadi. “Oh Mbak Maya dan Mbak Wati.., saya pikir nggak jadi datang. Silahkan
masuk yuk, saya basuh muka sebentar ya,” kupersilahkan mereka masuk dan aku
kekamar mandi membasuh mukaku. Sore itu Maya dan Wati tidak lagi menggunakan
seragam SPG, mereka pakai casual. Maya walau agak gendut jadi terlihat seksi
mengenakan jeans ketat dipadu kaos merah ketat pula, sedangkan Wati yang
langsing semakin asyik pakai rok span mini dipadu kaos kuning ketat. Rumah
kontrakanku type 36, jadi hanya ada ruang tamu dan kamar tidur yang ukurannya
kecil, selebihnya dapur dan kamar mandi juga sangat mini dibagian belakang.
Setelah basuh muka, aku menemani mereka duduk di ruang tamu. “Wah ternyata Mas
Andy ini Kerja di Farmasi ya, boleh dong kapan-kapan kita di jelasin masalah
obat Mas?” Maya buka bicara saat aku duduk bersama mereka. “Tentu boleh, kapan
Mbak mau datang aja kesini,” jawabku. Selanjutnya kami kembali bicara masalah
produk susu yang mereka pasarkan. Bergantian bicara, Maya dan Wati menjelaskan
kalau susu yang mereka jual ada beberapa macam dengan kegunaan yang beragam. Ada
susu untuk ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak usia sekolah, balita, bayi,
orangtua, pertumbuhan remaja, sampai susu greng untuk menambah vitalitas pria.
Nah, untuk susu penambah vitalitas pria itu, bicara mereka sudah berani agak
porno dan mesum, membuat aku blingsatan mendengarnya.
SahabatQQ: Agen DominoQQ Agen Domino99 dan Poker Online Aman dan Terpercaya
“Hmm, boleh-boleh.. Saya ambil susu grengnya dua mbak, nanti kalau bagus saya
tambah lagi lain kali,” aku memotong bicara mereka yang semakin ngawur. “Nah
gitu dong Mas, biar istri Mas senang kalau suaminya greng,” Wati kembali
bercanda. “Duh.. Mbak, saya belum kawin nih. Maksud saya susu greng itu saya
pakai buat kerja, supaya tetap fit kalau kerja,” kataku. Jawabanku itu membuat
mereka saling pandang, lalu keduanya tertawa sendiri. “Wah kita kira Mas sudah
punya istri, ternyata masih bujang. Kok ganteng-ganteng belum laku sih?” Maya
menggoda. Suasana terasa langsung akrab bersama dua SPG susu itu. Mereka pun
menceritakan latar belakang mereka tanpa malu kepadaku. Maya, wanita berumur 26
tahun, dulunya karyawati sebuah bank, lalu berhent karena dinikahi rekan
sekerjanya. Tapi kini dia janda tanpa anak sejak suaminya sakit dan meninggal,
tiga tahun lalu. Sedangkan Wati, bernasib sama. Wanita 24 tahun itu, pernah
menikah dengan lelaki sekampungnya, tetapi kemudian jadi janda gantung sejak
suaminya jadi TKI dan tak ada kabarnya sejak 4 tahun lalu. Keduanya terpaksa
menjadi SPG untuk menghidupi diri. “Kami malu Mas, sudah kawin masih bergantung
pada orangtua, makanya kami kerja begini,” kata Wati. “Kalau Mas mau, gimana
kalau saya seduhkan susu greng itu. Sekedar coba Mas, siapa tahu Mas jadi pingin
beli lebih banyak?” Maya menawarkanku setelah obrolan kami semakin akrab. Belum
sempat kujawab dia sudah bangkit dan menanyakan dimana letak dapur, ia pun
menyeduhkan secangkir susu greng buatku. Susu buatan Maya itu kucicipi, lalu
kuteguk habis, kemudian kembali ngobrol dengan mereka. Saat itu jam menunjuk
angka tujuh malam. Lima belas menit setelah meneguk susu buatan Maya, aku
merasakan dadaku bergemuruh dan panas sekujur tubuh, agak pusing juga. “Ohh..
Kok saya pusing jadinya Mbak? Kenapa ya? Ahh..,” aku meremasi rambutku sambil
bersandar di kursi bambu. “Agak pusing ya Mas, itu memang reaksinya kalau
pertama minum Mas. Mana coba saya pijitin lehernya,” Wati pindah duduk
kesampingku sambil memijiti tengkuk leherku, agak enakan rasanya setelah jemari
lentik Wati memijatiku. “Nah, biar lebih cepat sembuh saya juga bantu pijit ya,”
Maya pun bangkit dan duduk disampingku, posisiku jadi berada ditengah keduanya.
Tapi, astaga, Maya bukannya memijit leherku malah menjamah celana depanku dan
memijiti penisku yang mendadak tegang dibalik celana. “Ahh Mbaak.., mmfphh..
Ehmm,” belum selesai kalimat dari bibirku, bibir Wati segera menyumpal dan
melumat bibirku. Gila pikirku, aku hendak menahan aksi mereka tapi aku pun
terlanjur menikmati, apalagi reaksi susu sip yang kuteguk memang mujarab,
birahiku langsung naik. Akhirnya kubalas kuluman bibir Wati, kusedot bibir
tipisnya yang mirip Enno Lerian itu. “Waduh.., gede juga Andy juniornya Mas,”
ucapan Maya kudengar tanpa melihatnya karena wajah Wati yang berpagutan denganku
menutupi. Tapi aku tahu kalau saat itu Maya sudah membuka resleting celanaku dan
mengeluarkan penisku yang tegang dari celana. Sesaat setelah itu, kurasakan
benda kenyal dan basah melumuri penisku, rupanya Maya menjilati penisku. “Ahh..,
tidak Mbak.., jangan Mbak,” kudorong tubuh Wati dan Maya, aku jadi panik kalau
sampai ada warga yang melihat adegan kami. “Ayolah Mas.. Kan sudah tanggung.
Nanti pusing lagi loh,” Maya seperti tak puas, Wati pun menimpali. “Maksud saya
jangan kita lakukan disini, takut kalau ketahuan Pak RT. Kita pindah kekamar aja
yah, ” aku mengajak keduanya pindah ke kamar tidurku, setelah mengunci pintu
utama kontrakanku. Sampai di kamarku, bagaikan balita yang akan dimandikan
ibunya, pakaianku segera dilucuti dua SPG itu, dan mereka pun melepasi seluruh
pakaiannya. Wah tubuh mereka nampak masih terawat, mungkin karena lama menjanda.
Sebelum melanjutkan permainan tadi, kuputar lagi lagu Katon Bagaskara dengan
volume agak keras supaya suara kami tak terdengar keluar. Setelah itu, aku rebah
dikasurku dan Maya segera mengulangi aksinya menjilati, menghisap penisku yang
semakin mengeras. Maya bagaikan serigala lapar yang mendapatkan daging kambing
kesukaannya. Sedangkan Wati berbaring disisiku dan kami kembali berpagutan
bibir, bermain lidah dalam kecupan hangat. Dalam posisi itu tanganku mulai aktif
meraba-raba susu Wati disampingku, kenyal dan hangat sekali susu itu, lebih sip
sari susu sip yang mereka jual kepadaku. “Oh Mas, saya sudah nggak tahan Mas,”
Maya mengeluh dan melepaskan kulumannya dipenisku. “Ayo May, kamu duluan.. Tapi
cepat yahh,” Wati menyuruh Maya Wanita bertubuh agak gemuk itu segera
menunggangiku, menempatkan vagina basahnya diujung penisku Maya berposisi
jongkok dan bless, penisku menembusi vaginanya. “Ohh.. Aaauhh.. Mass hengg,”
Maya meracau sambil menggenjot pinggulnya naik turun dengan posisi jongkok
diatasku. Kurasakan nikmatnya vagina Maya, apalagi lemak pahanya ikut menjepit
di penisku. Wati yang turut terbakar birahinya segera menumpangi wajahku dengan
posisi jongkok juga, bibir vaginanya tepat berada dihadapan bibirku langsung
kusambut dengan jilatan lidah dan isapan kecil. Posisi mereka yang berhadapan
diatas tubuhku memudahkan keduanya saling pagut bibir, sambil pinggulnya
memutar, naik turun, menekan, diwajah dan penisku. Lima belas menit setelah itu,
Maya mempercepat gerakannya dan erangannya pun semakin erotis terdengar. “Ahh
Mass.., sayaa kliimmaakss.. Ohh ammphhuunnhh,” Maya mengejang diatasku, lalu
ambruk berbaring disamping kananku. Melihat Maya KO, Wati kemudian turun dari
wajahku dan segera mengambil posisi Maya, dia mau juga memasukkan penisku ke
memeknya. “Ehh tunnggu Mbak Wati, tunggu,” kuhentikan Wati. Aku bangkit dan
memeluknya lalu membaringkannya dikasur, sehingga akulah yang kini diatas
tubuhnya. “Mass.. Aku pingin seperti Maya Masshh.. Puasin aku ya.. Meemmppffhh..
Ouhh Mass,” Wati tersengal-sengal kuserang cumbuan, sementara penis tegangku
sudah amblas dimekinya. “Ohh enakhhnya memekmu Watthh.. Enakhh ughh,” “Engh..
Genjot yang kerass Mass, koontollmu juga ennahhkk.. Ohh Mass,” Wati dan aku
memanjat tebing kenikmatan kami hingga dua puluh menit, sampai akhirnya Wati pun
mengejang dalam tindihanku. “Amphhunn Mass.. Ohh nikhhmatt bangghett Masshh..,”
Wati mengecup dadaku dan mencakar punggungku menahan kenikmatan yang asyik. “Iya
Watt.. Inii untukkhhmu.. Ohh.. Oohh,” aku pun menumpahkan berliter spermaku ke
dalam vagina Wati. Setelah sama-sama puas, dua SPG susu itu pun berlalu dari
rumahku, kutambahkan dua lembar ratusan ribu untuk mereka. Aku pun kembali tidur
dan menghayalkan kenikmatan tadi. Agen Domino99
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment