Tante Maya, Sahabat Dekat Ibuku

Zonasex96 _ namaku Rafi, 21 tahun. Orang-orang, khususnya teman-temanku di kampus kagum dengan bentuk mukaku yang mereka bilang macho.SahabatQQ


                                        Slot Gacor & PKV Terpercaya 2025 - Daftar di SahabatQQ

 Ditambah badan yang aku miliki--atletis, seksi, walaupun berkulit sawo matang-- Hal itu dikarenakan kebiasaan aku untuk melakukan olahraga di setiap sore hari.DominoQQ

 Nyaris tidak ada hari yang aku lewatkan untuk kegiatan yang satu ini. Maklum, sejak kecil pun aku memang sudak dididik oleh orang tuaku untuk melakukan olahraga, baik itu lari, basket, renang, ataupun sepakbola. Untuk urusan muka, aku memang beruntung, Ibuku yang cantik dan Ayahku yang tampan menurunkan “kualitas” muka mereka padaku. Tidak aneh kalo aku memang terkenal suka gonta-ganti pacar, sampai teman-teman di kampusku memberikan predikat “Playboy” kepadaku.


Sebagai anak muda yang beranjak dewasa, sangat normal sekali jika anak-anak muda seusiaku lainnya mempunyai selera yang berbeda-beda untuk urusan lawan jenis. Ada yang menyukai tipikal wanita tomboy atau feminim, wanita montok atau mungil, ataupun tipikal wanita yang lebih muda, bahkan lebih tua.

Keseringan berpacaran dengan wanita yang sebaya denganku ternyata membuatku bosan juga. Makanya, setelah putus dengan pacar terakhirku sebulan yang lalu, kini aku memutuskan untuk mencari pacar yang usianya lebih tua dariku. Mungkin kriteria itu sedikit janggal untuk kebanyakan lelaki seumuranku, tapi itu tidak menjadi masalah bagiku. Berbeda dengan orang lain merupakan suatu kebanggaan bagiku. Ditambah lagi, karena aku sudah terlalu bosan untuk berpacaran dengan wanita yang sebaya denganku, yang umumnya manja, amarahnya sering meledak-ledak, dan yang terpenting, permainan seks mereka kurang begitu prof sehingga kurang memuaskan aku.

Rasa ingin berpacaran dengan wanita yang lebih tua usianya dariku semakin hari semakin menggebu. Setiap aku melihat wanita yang rata-rata berusia 30 tahun ke atas, baik itu ketika aku sedang berada di jalanan, di mal, atau di komplek rumahku sekalipun, mata ini rasanya tidak ingin berkedip dan berpindah arah pandangan sedetik pun. Meskipun wanita (yang dikenal orang dengan istilah tante-tante) yang aku perhatikan ternyata sudah bersuami dan punya anak sekalipun, hal itu sama sekali tidak membuatku merasa ilfeel (ilang perasaan) sedikit pun. Malahan, hasrat seksku semakin hari semakin liar rasanya setiap kali aku melihat “tante-tante” dengan badannya yang bersih, putih dan montok lewat di depanku dengan meninggalkan wangi parfum yang begitu menggoda. Rasa ingin berpacaran dengan wanita yang usianya lebih tua dariku yang pertamanya aku rencanakan kini berubah total. Aku tidak mau sebatas berpacaran saja, tetapi lebih. Semakin tergoda aku untuk mencoba sesuatu yang belum pernah aku alami itu, bercinta dengan seorang tante-tante.

Seperti hari-hari yang lainnya, sore hari itu--hari Jum’at-- aku berolahraga. Karena teman-temanku yang sebagian besar menghabiskan akhir pekannya di Jakarta, maka hari itu aku tidak bisa bermain sepak bola. Untuk menggantinya, aku hanya melakukan lari-lari santai mengelilingi komplek rumahku, dan akhirnya menuju lapangan basket Gelora yang menjadi pusat kegiatan olahraga di komplek rumahku.

Baru sekitar 20 menit lari, pandangan dan kosentrasiku terganggu oleh body montok seorang tante yang meliak-liuk kesana-kemari ketika melakukan pemanasan. Lekukan-lekukan tubuhnya semakin “liar” terlihat jelas karena tante itu mengenakan pakaian sport yang nge-press sekali. Semakin dekat jarakku, semakin gelisah hatiku ini. Dan ternyata si Johny kebagian untuk melakukan olahraga ringan hari ini.

Ketika aku berlari melewatinya, tante itu membalikan badan. Kini posisinya berhadapan denganku. Senyuman manis dan sexy keluar dari bibirnya yang “hot” itu. Dan alangkah terkejutnya aku ketika menyadari bahwa tante yang aku perhatikan dari tadi itu ternyata tante Maya, tetangga sekaligus teman dekat Ibuku. Jarak rumahnya hanya beberapa meter saja dari rumahku.
“Rafi, kan? Masih inget nga ama tante?” tanya tante Maya.
“Iya, aku Rafi. Tante Maya kan?” jawabku dengan sedikit kaget dan terkejut.
Aku merasa pangling dengan perubahan yang terjadi pada tante Maya, hampir dua tahun aku tidak bertemu dengan tante Maya. Biasanya, setiap hari sabtu dan minggu tante Maya berkunjung ke rumahku untuk bergosip ria dengan Ibuku.

Karena kami berdua merasa saling kangen karena sudah lama tidak bertemu, kami pun beranjak untuk pergi ke sebuah cafe-untuk mengobrol santai- yang berada persis di pinggir lapang basket Gelora.
“Tante Maya kemana aja? Rafi pikir pindah rumah?” tanyaku.
Tante Maya menjawabnya, “Nga pindah, kok. Rumah tante cuman dikontrakin aja!”
Hampir setengah jam aku dan tante Maya mengobrol di cafe itu. Tante Maya menceritakan kepergiannya untuk mengikuti suaminya, mas Aryo, yang ditugaskan untuk melakukan penelitian di Amerika selama dua tahun ini. Tante Maya memang sengaja pulang lebih awal ke Indonesia ini, sedangkan suaminya baru pulang dari Amerika dua hari kemudian.

Tante Maya yang aku kenal dua tahun yang lalu berbeda sekali dengan yang sekarang ini. Dari dulu tante Maya memang sudah cantik dan berkulit putih, mirip artis Indonesia, Emma Waroka Hawkins. Tapi, setelah tante Maya pulang dari Amerika, banyak sekali perubahan besar yang terjadi pada dirinya. Dadanya semakin sexy dan besar, ditambah bentuk badan tante Maya yang drastis berubah, semakin montok dan semuanya “menjadi”. Rambut tante Maya yang dulu hitam alami, sekarang di-highlight ungu, yang semakin membuatnya tampak sexy.

“Raffi, tante udah punya anak lo!” tante Maya menyambung obrolan.
“Oh, iya? Kapan ngelahirinnya tante? Kok badannya tante kaya nga abis ngelahirin?” rayuku.
“Ah, Rafi ini bisa aja! Delapan bulan yang lalu. Anak tante cwe, namanya Gadis!” jawabnya.
“Wah, sekarang tante Maya nga kesepian donk kalo ditinggal Mas Aryo?”, tanyaku.
“Yah, sepi lah. Beda, kan. Anak tante kan belom bisa apa-apa, kalo Mas Aryo kan udah jago ngapa-ngapain,” jawab tante Maya sambil mencubit kecil tanganku.
Dengan posisi si Johny yang sudah bangun, aku menjawabnya, “Ah tante Maya ini, bisa aja! Udah keluar hasilnya, masih aja minta jatahnya.”
“Yah, namanya juga di Indonesia, dingin, biar anget, ya mesti dipeluk,” jawabnya.

Akhirnya, kami berdua meninggalkan cafe itu untuk segera pulang. Aku ditawari tumpangan oleh tante Maya yang kebetulan saat itu membawa kendaraan. Saat kami berjalan menuju tempat tante Maya memarkir mobilnya, banyak sekali mata-mata pria yang berada di sekitar lapangan basket Gelora memandang tajam tubuh tante Maya. Memang wajar, karena aku pun bisa merasakan apa yang pria-pria itu rasakan ketika melihat tubuh tante Maya. Selama perjalanan menuju rumah, kami berdua sempat melanjutkan obrolan, kadang serius, kadang “nyerempet-nyerempet”.
“Rafi kenapa nga ikut Mama ke Batam? Kan enak,” tanya tante Maya.
“Nga, ah. Jauh banget. Enakan di rumah aja,” jawabku dengan sedikit cuek.
“Rafi nyari kesempatan kali? Pasti Rafi mau ngajakin pacarnya buat nginep di rumah, iya kan?” tanya tante Maya sambil membetulkan posisi kacamatanya.
“Pacar dari mana? Tante ini bisa aja, ah! Rafi kan jomblo!” jawabku dengan sedikit malu-malu.

Sesekali, aku menatap tajam tubuh tante Maya. Bodynya yang montok membuat si Johny menikmati perjalanan dengan ketegangannya. Ingin rasanya untuk bisa menikmati tubuh tante Maya. Tapi itu mungkin kahayalanku saja, tante Maya kan teman dekat Ibuku. Sekalipun tante Maya “nakal” dan tertarik padaku, toh dia pasti malu dan sungkan untuk melakukan kencan dengan anak dari teman dekatnya.

Beberapa ratus meter dari rumahku, tante Maya menghentikan laju kendaraannya. Dan dia mengambil handphone yang disimpan di dekat rem tangan mobilnya.
“Rafi kita foto ya!” pinta tante Maya sambil mendekatkan badannya padaku.
“Rafi kan sekarang beda banget dari Rafi yang tante kenal dua tahun yang lalu. Rafi sekarang tambah dewasa!” rayu tante Maya.

Posisi badan tante Maya dekat sekali dengan badanku. Aku semakin terangsang. Si Johny pun dengan cepatnya mengencang. Wangi tubuh tante Maya sangat menggodaku. Hampir lima kali kami berfoto di mobil. Di saat-saat terakhir berfoto, tante Maya menempelkan pipinya yang sexy itu ke pipiku. Wacgh, semakin kacau saja isi otaku saat itu. Aku sempat berpikiran yang tidak-tidak tentang tante Maya, jangan-jangan tante Maya ingin menggodaku.

Sesampainya di depan rumahku, tante Maya sempat meluangkan waktu sebentar untuk masuk menemui Ibuku yang baru datang dari kantornya. Mereka berbincang-bincang dan tertawa keasikan menimati obrolan. Sementara, aku langsung masuk ke kamar dan beronani sambil membayangkan tubuh tante Maya yang aduhai itu.

Keesokan harinya, rumahku sangat sepi sekali. Ibuku pergi ke Batam, sementara Ayahku sudah dua minggu di Madrid mengurusi tugas kantornya. Mungkin gara-gara beronani di malam kemarinnya, aku kecapaian sehingga bangun kesiangan. Waktu menyalakan Tv, aku baru menyadari kalo jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Dengan badan yang lemas, aku berjalan menuju mini market yang jaraknya hanya 30 meter dari rumahku untuk membeli minuman yang dapat mengembalikan kesegaran badanku ini. Pulang dari mini market, aku berpapasan dengan tante Maya yang memang kebetulan mau ke rumahku untuk mengambil paket yang sudah disiapkan Ibuku kemarin.

“Rafi nga maen?” tanya tante Maya sambil menggendong anaknya yang masih kecil.
“Iya, tapi ntar malem kok!” jawabku.
“Tante Maya lupa, kemaren tuh mau ngambil paket di rumah Rafi. Gara-gara keenakan ngegosip, jadi lupa bawa paketnya!”
“Oh, paket yang dibungkusin kertas kado warna ijo ya?” tanyaku.
“Iya, Mama Rafi yang ngingetin tante tadi. Katanya juga, Rafi jangan lupa jaga rumah, jangan sering kemana-mana,” tante Maya menyampaikan pesan dari Ibuku.
Akhirnya, kami berdua menuju rumahku. Perasaanku campur aduk, antara bingung dan konak yang tiada tara. Apalagi siang itu tante Maya berpakaian yang sexy sekali, celana pendek ketat berwarna abu-abu, plus tanktop putih yang mencetak payudara tante Maya sehingga jelas terlihat. Wahh..luar biasa sekali tante Maya saat itu. Orgasme sepuluh kali pun aku sanggup, asalkan becintanya dengan tante Maya.

Tiba di rumahku, cuaca drastis berubah. Awan yang tadinya putih dan biru, kini berubah menjadi mendung. Petir pun terdengar kencang. Tampaknya hujan lebat bakal turun sebentar lagi. Aku pun mempersilahkan tante Maya untuk duduk. Ketika tante Maya duduk, pemandangan menyegarkan tampak jelas di kedua mataku. Belahan payudara tante Maya sangat tampak jelas terlihat. Payudara yang mulus dan putih sangat segar sekali untuk dilahap, ditambah ukuran payudaranya yang sangat dahsyat, yaitu sekitar 36B. Kemaluanku dengan cepat berdiri. Daripada otak ini tambah pusing, aku pun langsung menuju kamar mandi untuk beronani. Ketika mulai menggosok-gosokan batang kemaluanku dengan membayangkan tubuh tante Maya, Gadis, anak tante Maya yang masih kecil menangis. Mendegar tangisannya, aku pun menghentikan onani dan berjalan menuju ruang tengah tempat tante Maya duduk.

“Gini deh kalo anak masih kecil. Rewel terus, baru sebentar tidur, udah bangun lagi!” keluh tante Maya.
“Emang pengen apaan, tante?” tanyaku pura-pura.
“Minta susu lah, namanya juga anak kecil. Padahal tadi minum susu udah banyak sekali, ampe tetek tante bengkak nih!” tante Maya becanda, sambil melihatkan bulatan payudara yang ditutupi tanktop putihnya.
“Bengkak, tapi bagus kok tante, seger banget!” rayuku menenangkan tante Maya.
“Ah, Rafi, bisa aja. Jangan-jangan mau ditetekin juga ya?” tanya tante Maya dengan wajah yang menggoda.
“Rafi, tante Maya nyusuin Gadis di sini nga apa-apa ya?” tanya tante Maya.
“Ya, nga apa-apa lah. Kan kasihan Gadis, udah kehausan!” jawabku dengan keadaan si Johny menegang kencang.
“Kasihan Gadis, apa Rafi pengen liat teteknya tante?” tanya tante Maya dengan mencubit tanganku.
“Yah, sambil menyelam minum air lah!” jawabku dengan sedikit malu.

Tante Maya pun menurunkan tanktop putihnya di hadapanku. Dengan jelas kulihat belahan payudara tante Maya yang muncul dari balik bra tante Maya yang berwarna hitam. Segar sekali payudaranya. Rasa ingin merasakan air susu langsung dari payudara tante Maya seperti yang Gadis inginkan, muncul di benakku. Tidak saja hanya merasakan payudara tante Maya, tetapi semuanya, sampai ke vagina dan pantatnya yang sangat aduhai itu.

Tante Maya pun menyingkapkan penutup bra sebelah kanan untuk memberikan Gadis ASI. Dengan lahap, Gadis meminum ASI yang keluar dari payudara tante Maya. Perlahan-lahan tangisan Gadis berhenti. Si Johny pun sudah mengeluarkan cairan-cairan beningnya, tanda rangsangan sudah memuncak. Perasaanku lebih bingung lagi ketika melihat puting payudara tante Maya yang sedang dihisap Gadis, berwarna kecoklat-coklatan. Wah, sungguh eksotik sekali.

Aku pun memberanikan diri untuk mendekati tante Maya. Sebenarnya, aku takut sekali untuk mendekatinya. Takut disebut lancang, apalagi dapat gamparan dari tante Maya gara-gara ketidak sopananku. Namun, rasa ketakutanku itu semuanya pupus dan lenyap begitu saja ketika melihat raut wajah tante Maya yang seolah-olah mengundangku untuk mendekatinya.

“Tante Maya, boleh aku duduk di sebelah tante?” tanyaku dengan perasaan takut dimarahin.
“Sini, Rafi duduk di sini aja. Biar tante nga kedinginan,” jawab tante Maya.

Kontan, aku langsung mendekatinya dan menatap tajam payudara sebelah kanannya yang masih ditutupi bra tante Maya yang berwarna hitam. Sungguh luar biasa, payudara tante Maya jelas sekali di pandanganku. Sementara Gadis, sudah terlelap menikmati ASI dari payudara tante Maya.

“Kenapa, Rafi pengen juga minum susu?” tanyanya dengan suara yang menggoda si Johny.
Aku hanya bisa tertegun dengan menelan ludah. Bingung harus menjawab apa. Dan seketika tante Maya membuka bra sebelah kirinya. Kini tampak jelas di hadapanku payudara tante Maya yang tanpa bra. Besar, dan sangat indah aduhai.
Tante Maya pun menuntunku dengan mengelus kepalaku dan mengarahkannya agar segera melumat putingnya. Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Segera saja aku menghisap puting tante Maya.

“Arghh....Ehhmmm..Arggh...Rafi, kamu pinter banget ngisapnya. Pasti udah sering?” tanya tante Maya setengah berbisik ke telingaku.
Tanpa menjawabnya, aku langsung menghisap puting tante Maya yang sudah mengeras ditambah memijat-mijat halus payudaranya.
“Ehmm...Agccghh...Ucghh...” tante Maya merintih pelan.
Kami pun tidak bisa melakukannya dengan bebas, karena Gadis masih ada dalam pelukan tante Maya. Sambil aku melumat dan menghisap putingnya, tante Maya menciumi daun telingaku, dan berbisik.
“Sekarang Rafi berdiri, keluarin burungnya Rafi, biar tante kulum,” pintanya dengan mesra.
Segera saja aku keluarkan si Johny yang sudah menegang di sangkarnya. Keluar dari balik celana, si Johny sudah menantang lumatan bibir tante Maya.
“Idih, gede banget. Punyanya suami tante Maya aja nga segede ini,” rayunya sambil mengocok pelan batang kemaluanku. Pelan-pelan, batang kemaluanku mulai tenggelam di dalam mulut tante Maya.
“Orghgh...Uurgh...Tante, enak banget...Ourgh..Yess...” rintihku.
Sesekali tante Maya memberikan gigitan kecil pada bagian kepala dari kemaluanku, enak sekali rasanya.
“Rafi, tante Maya nidurin Gadfis dulu ya. Biar kita bebas mainnya,” pintanya padaku.
“Ya udah tante, Gadis tidurin di kamar Ibu saja,” jawabku dengan nafas yang tak beraturan.

Tante Maya pun berjalan menuju kamar Ibuku untuk menidurkan Gadis. Dia berjalan hanya memakai bra saja, tanpa kaos yang menutupi badanya. Sangat sexy dan menantang. Aku pun mengikutinya dari belakang. Ketika tante Maya menidurkan gadis dengan posisi membungkuk, aku sengaja memegang-megang pantatnya yang sangat montok sekali. Sesekali aku cium juga pantatnya yang masih ditutupi celana pendeknya itu.
“Rafi udah nga nahan ya? Nakal juga ya Rafi!” ungkap tante Maya sambil menciumi pipiku.
“Iya, tante. Rafi udah nga nahan banget pengen ngerasaian jepitan tante!” jawabku.

Kami berdua kembali menuju ruang tengah. Tv sengaja aku nyalakan untuk menemani permainan surga ini. Tante Maya segera duduk di sofa, dan langsung aku serang dengan ciuman di mukanya yang cantik itu, dengan posisi aku yang masih berdiri di depan tante Maya.
Lidah kami saling bergulat. Sesekali lidah tante Maya menyapu habis dinding mulutku dengan suara yang menandakan bahwa tante Maya sudah terangsang juga. Aku pun memindahkan posisi untuk duduk di samping tante Maya dengan posisi mulut kami yang masih berciuman. Sambil berciuman, aku mulai memberanikan diri untuk melepaskan bra tante Maya. Setelah branya terlepas, aku mulai memindahkan ciumanku ke bagian payudaranya sambil meremas-remas payudaranya yang segar itu.
“Ehmmm..Arghh....Rafi, Ehmm...Ourhhh...Tante udah nga tahan juga Rafi.”
“Iya, aku juga udah nga nahan Tante. Tapi nga usah cepet-cepet ya, biar orgasmenya enak sekaligus,” jawabku.
“Gimana kamu aja sayang. Yang penting tante Maya bisa puas hari ini,” jawabnya.

Ciumanku mulai menjelajah menuju leher tante Maya. Aku lumat habis semua bagian leher tante Maya. Wangi parfum tante Maya yang ku cium membuatku semakin liar mencumbui tante Maya tanpa henti. Tangan tante Maya mulai memijat-mijat batang kemaluanku yang masih tersembunyi di balik celana basketku. Perlahan-lahan, tante Maya mulai memasukan tangannya ke dalam celanaku. Pelan-pelan dia memberikan pijatan halus di sekitar batang kemaluanku. Bibirku kembali melumat bibir tante Maya, french kiss kembali dilakukan selama kurang lebih sepuluh menit.
“Rafi, udah sedikit basah ya?” tanya tante Maya yang sedang mengelus kepala kelaminku.
“Iya, tante. Abis Rafi emang udah nga tahan. Apalagi ngeliat body tante yang syur,”jelasku.
“Sekarang Rafi berdiri aja, biar tante isep lagi kemaluannya kaya tadi,” pinta tante Maya sambil mulai menurunkan celanaku. Kini aku hanya memakai celana dalam saja. Posisiku sekarang berdiri, dengan kontolku yang menghadap muka tante Maya. Tante Maya kembali memijat halus batang kemaluanku, ciuman kecil sesekali mendarat di kepala kemaluanku. Luar biasa rasanya, sungguh bagaikan mimpi.

Sedikit demi sedikit batang kemaluanku menghilang, tenggelam dalam kuluman mulut tante Maya.
“Ourghh....Orughh....” rintihan tante Maya ketika memasukan seluruh batang kemaluanku ke dalam mulutnya.
“Yess....Ehhm..Tante, enak banget,” bisiku ke tante Maya dengan sesekali menciumi pipinya yang mulai memerah karena rangsangan syahwatnya.
Gerakan tante Maya mulai tidak beraturan. Kadang menghisap kemaluanku dengan lambat, terkadang dengan cepat. Air ludah dari mulut tante Maya tampak membanjiri batang kemaluanku saat aku mengeluarkannya untuk diusap-usapkan ke kedua payudara tante Maya yang sudah mengeras putingnya.

Aku pun memindahkan posisi dengan duduk tepat di sebelah tante Maya. Kami berdua kembali melakukan ciuman, saling menjilat lidah, dan sungguh dahsyat rasanya.
Ketika kami sedang berciuman, tanganku mulai menjelajah ke bagian dalam rok tante Maya. Perlahan-lahan tanganku membelai halus paha tante Maya, terkadang tanganku memberikan pijitan kecil ke bagian vaginanya yang masih ditutupi rok dan celana dalamnya.
Ciumanku mulai kuturunkan ke leher tante Maya, turun ke payudaranya, dan kuhisap kuat kedua putingnya yang sedang dalam posisi kencang dan mengeras.
“Ohhhh....Rafi, ehmm....tante Maya udah nga kuat sayang,”
Aku bangkit dari posisi dudukku, kemudian mengambil posisi jongkok menghadap ke posisi vagina tante Maya. Mulai kubuka lebar posisi kaki tante Maya, dan kini di hadapanku tampak jelas celana dalam tante Maya yang berwarna putih keabu-abuan, yang menutupi vagina tante Maya. Tanpa pikir panjang, aku melepaskan celana dalam tante Maya, sehingga kini vagina tante Maya tampak jelas di kedua mataku ini. Vagina yang sangat segar, terawat, bersih, dan harum. Tidak ada sehelai bulu pun di sekitar vagina tante Maya, mungkin tante Maya menghabiskan uang yang sangat banyak sekali untuk merawat vaginanya, ntah untuk di Brazillian Wax, di Gurah ataupun perawatan lainnya yang dia lakukan. Yang jelas si Johny sudah kesetanan untuk segera dimasukan ke dalam vagina tante Maya yang laksana surga dunia itu.

Mulutku mulai kudekatkan dengan vagina tante Maya yang tampak sedikit-sedikit bergerak karena tarikan otot-otot vaginanya, tanda bahwa tante Maya sudah terangsang. Mulai ciumanku mendarat di sekitar vaginanya. Sesekali klitorisnya aku berikan gigitan kecil, dan kuhisap dengan kuat dan dalam sampai tante Maya menjerit-jerit keenakan.
“Awww.....Orgh....Yeessss...Rafi, ehhmmm, tante ngerasa enak banget,” kalimat yang keluar dari mulut tante Maya ketika aku menghisap vaginanya.

Sekitar sepuluh menit aku menciumi, menghisap, dan menjilati vagina tante Maya. Kini posisi berganti. Aku duduk di sofa, dan tante Maya duduk di pangkuanku dengan posisi badannya yang menghadap padaku. Tante Maya mulai menuntun kemaluanku untuk memasuki vaginanya, dan bleeessss...seketika batang kemaluanku tenggelam seluruhnya di dalam vagina tante Maya. Tante maya mulai menggoyang-goyangkan pantatnya. Terkadang pelan, terkadang menjadi cepat. Enak sekali rasanya, kemaluanku merasakan kehangatan yang tiada tara di dalam vagina tante Maya. Sesekali kemaluanku merasakan jepitan dan pijatan vagina tante maya yang diakibatkan kontraksi otot-otot vaginanya.
“Ourhhh...Ehhmm.....Arghh...Arghh....” desah tante Maya dengan mempercepat goyangannya.
“Ourghhh....Yessss...Rafi, eehhmmmm tante Maya mau keluar,”
“Keluarin aja tante, ourghh.....Arghh.....” jawabku sambil mencium bibir tante Maya.
Ketika itu juga tubuh tante Maya yang sedang menggoyang-goyang pantatnya dan memberikan tekanan yang sangat indah ke kemaluanku mendadak menggeliat dan bergerak tak beraturan. Rasa dari cairan hangat yang keluar memancar dari dalam vagina tante Maya dirasakan kemaluanku. Tante Maya sudah mendapatkan orgasmenya yang pertama.

Posisi kini berganti, sekarang tante Maya yang duduk setengah memanjang di sofa. Dengan posisi berdiri, aku mulai mengarahkan batang kemaluanku untuk digesek-gesekan ke kulit terluar vagina tante Maya.
“Ehmmm....Ourghh....Rafi, masukin aja sayang,” pinta tante Maya dengan matanya yang merem-melek.
“Bentar ya sayang, biar aku yang ngendaliin sekarang,” jawabku.
Sebelum memasukan kemaluanku ke dalam vaginanya, aku menciumi mulut tante Maya terlebih dahulu. Lidah beradu lidah saling menjilat, kami medesah keenakan. Bisa aku rasakan udara panas yang keluar dari hidung tante Maya setiap kali dia mengatur nafasnya. Sungguh sexy sekali.
Bleeesssss, tante Maya yang sedang enaknya menikmati ciumanku mendadak merintih. Dia kaget, karena mendadak kumasukan kemaluanku ke vaginanya. Gerakan maju mundur kulakukan untuk mencapai g-spot dari tante Maya yang terletak di bagian dalam vaginanya. Terkadang kugoyangkan pantatku untuk menambah variasi gerakan sambil terus menciumi bibir tante Maya.
“Mmhhh, Ehhmm...Arghh...Euhh...” desahan tante Maya yang menikmati tusukan dari si Johny.
Bisa kurasakan bagaimana kenikmatan yang sedang dialami tante Maya saa itu. Ciumannya semakin liar setiap kali aku mempercepat penetrasi kemaluanku ke dalam vaginanya.Agen DominoQQ

Sesaat kemudian, aku merasakan otot vagina tante Maya mulai berkontraksi kembali. Vagina tante Maya mulai memijat dan menyedot batang kemaluanku, ini tandanya kalo tante Maya sebentar lagi akan mendapatkan orgasmenya yang kedua. Gerakan penetrasiku semakin kencang.
“Ourghhhh...Rafi....Yesss..Arcghhh...” hanya desahan seperti itu yang keluar dari tante Maya ketika aku mengiringi penetrasi itu dengan meremas-remas payudara tante Maya. Terkadang aku melambatkan gerakanku untuk kemudian menancapkan kemaluanku ke dalam vagina tante Maya dengan cepat dan keras. Ternyata tante Maya menyukai gayaku tadi. Itu berarti pertanda kalo tante Maya memang sudah prof. Tidak banyak wanita yang kuat untuk menerima gaya itu, pasalnya gaya itu memang menyakitkan dan membuat ngilu.
“Orughh...Rafi....Arghh...Tante mau keluar lagi, kamu kapan keluarnya sayang?” tanya tante Maya dengan terus mendesah keenakan.
Tiba-tiba desahan dari tante Maya semakin mengencang. Otot dalam vagina tante Maya mulai menghisap dan memijat.
“Arghh...Eurghh....Ehhmm.....Yessss...” desahan tante Maya yang mengiringi orgasmenya yang kedua.

Saat aku mulai melambatkan gerakan dan goyanganku, tiba-tiba terdengar suara Gadis menangis. Mungkin gadis terbagun karena mendengar suara yang ribut dari ruangan tengah. Suara desahan Ibunya yang sedang saya jamah.
“Rafi, tante ke kamar dulu ya?” pinta tante Maya.
“Iya, sayang. Tapi jangan licik ya, aku belum keluar loh!” jawabku sambil menampar kecil pantatnya yang berisi.

Tante Maya meninggalkanku sendiri di sofa, dia berjalan menuju kamar tempat Gadis ditidurkan. Tante Maya berjalan dengan keadaannya yang bugil. Aku terus menatap tubuh tante Maya yang berjalan menjauhiku sambil mengocok-ngocok si Johny yang masih penasaran dengan hisapan vaginanya tante Maya. Walaupun hanya ditinggal lima menit saja, tapi si Johny tidak rela. Aku menyusul tante Maya ke kamar itu. Ketika aku memasuki kamar, tante Maya sedang menyusui Gadis dengan posisi terlentang setengah memiring. Aku mendekatinya, dan bergabung tiduran dengan memeluknya erat. Kami pun berciuman, sementara Gadis mulai terhanyut dengan ASInya tante Maya dan berangsur tidur. Di tempat itu pula aku mulai menusukan kembali si Johny. Berbeda dengan sebelumnya, kini aku masukan si Johny ke lubang anus tante Maya.
“Rafi, kenapa lewat belakang sayang...?” tanya tante Maya.
“Sebentar tante, Rafi Cuma penasaran aja!” jawabku.
“Pelan-pelan dan jangan ribut ya! Nanti Gadis kebangun lagi,” pintanya.
Aku mendapatkan sedikit kesulitan untuk memasukan si Johny ke dalam anus tante Maya. Lubang anusnya tidak sebesar lubang vaginya. Aku pun membantunya dengan membasahi daerah anus tante Maya dengan ludahku. Leepppp....Akhirnya, sedikit demi sedikit batang si Johny mulai memasuki Goa gelap anus tante Maya. Pelan-pelan kubenamkan semua dan kugerakan maju mundur batang kemaluanku. Tante Maya mulai merasakan dan menikmati gerakanku. Desahannya lembut, karena takut Gadis terbangun.

Hampir lima menit si Johny berada di dalam anus tante Maya, sampai tante Maya mengajakku untuk berpindah tempat dan posisi. Dituntunnya aku agar duduk di kursi depan meja rias kamar Ibuku. Tante Maya duduk di kedua pahaku dan mulai membenamkan kemaluanku ke dalam vaginanya. Goyangan dan gerakan tante Maya mulai membuat si Johny panik. Batangku menegang luar biasa karena merasa kejepit, tapi enak dan sungguh luar biasa rasanya semua itu. Tante Maya mengendalikan goyangannya dengan sangat sempurna. Terkadang dipercepat, terkadang diperlambat jika otot-otot batang si Johny mulai mengencang. Gerakan maju mundur pantat tante Maya kuberangi dengan hisapan mulutku ke puting payuda sebelah kanan tante Maya. Tante Maya mulai terangsang dan mendesah lumayang kencang.
“Ehhm.....Ourghh....Arghh....Rafi, keluarinnya bareng ya sayang,” pintanya padaku.
Semakin kencang goyangan dan gerakan pantat tante Maya, semakin terasa pula serombongan cairan sedang menuju batang kemaulanku. Si Johny akan orgasme sebentar lagi. Kami berdua sedang dalam puncak kenikmatan yang luar biasa, sesekali kami menikmatinya dengan saling bergulat lidah, sesekali pula aku menghisap puting tante Maya dengan kerasnya.

Link Altenatif : SAHABATMULIA.ME

“Ourghhh.....Yeesss...Rafi, tante Maya mau orgasme sayang,” bisiknya padaku.
“Sebentar tante, Ourghhh....Sebentar, Arghh....Rafi sebentar lagi orgasme juga,” jawabku.
Akhirnya, beberapa saat kemudian, gerakan dan goyangan kami berdua semakin cepat dan mengencang. Si Johny semakin tegang di dalam vagina tante Maya, ditambah jepitan dan hisapan vagina tante Maya yang semakin kuat.
“Ourrghhh.....Arghh...Tante aku keluarin di dalem ya?” tanyaku.
“Terserah kamu aja sayang, yang penting tante puas dan nikmat!” jawab tante Maya.
“Orughhhh......Yeesss....Arcghhh..”
Kami berdua saling mengerang, tante Maya mendapatkan orgasmenya yang ketiga, dan beberapa detik kemudian, sperma dari si Johny menyembur kencang di dalam vagina tante Maya.
“Argghh...Ehhmmm, makasih ya Rafi. Tante nikmat dan puas sekali hari ini,” bisik tante Maya dengan menciumi bibirku.

Kami berdua masih bertahan di posisi tadi untuk beberapa menit. Si Johny pun sedang beristiraha di dalam vagina tante Maya yang masih becek akibat orgasmenya yang terakhir tadi. Untuk beberapa saat itu kami berdua menghabiskan waktu dengan saling mengulum bibir dan lidah satu sama lainnya. Beberapa menit kemudian Gadis terbagun dan menangis. Tante Maya bergegas untuk memasang kembali pakaiannya yang aku lepaskan tadi. Hujan pun sudah berhenti beberapa saat yang lalu. Gadis di gendong tante Maya, dan tante Maya pun pamit pulang kepadaku. Sebelum aku bukakan pintu, aku sempat berciuman beberapa lama dengan tante Maya, berciuman di hadapan Gadis yang terbagun dan masih belum mengerti dengan apa yang dilakukan Ibunya itu.

Zonasex96 _ namaku Rafi, 21 tahun. Orang-orang, khususnya teman-temanku di kampus kagum dengan bentuk mukaku yang mereka bilang macho.SahabatQQ


                                        Slot Gacor & PKV Terpercaya 2025 - Daftar di SahabatQQ

 Ditambah badan yang aku miliki--atletis, seksi, walaupun berkulit sawo matang-- Hal itu dikarenakan kebiasaan aku untuk melakukan olahraga di setiap sore hari.DominoQQ

 Nyaris tidak ada hari yang aku lewatkan untuk kegiatan yang satu ini. Maklum, sejak kecil pun aku memang sudak dididik oleh orang tuaku untuk melakukan olahraga, baik itu lari, basket, renang, ataupun sepakbola. Untuk urusan muka, aku memang beruntung, Ibuku yang cantik dan Ayahku yang tampan menurunkan “kualitas” muka mereka padaku. Tidak aneh kalo aku memang terkenal suka gonta-ganti pacar, sampai teman-teman di kampusku memberikan predikat “Playboy” kepadaku.


Sebagai anak muda yang beranjak dewasa, sangat normal sekali jika anak-anak muda seusiaku lainnya mempunyai selera yang berbeda-beda untuk urusan lawan jenis. Ada yang menyukai tipikal wanita tomboy atau feminim, wanita montok atau mungil, ataupun tipikal wanita yang lebih muda, bahkan lebih tua.

Keseringan berpacaran dengan wanita yang sebaya denganku ternyata membuatku bosan juga. Makanya, setelah putus dengan pacar terakhirku sebulan yang lalu, kini aku memutuskan untuk mencari pacar yang usianya lebih tua dariku. Mungkin kriteria itu sedikit janggal untuk kebanyakan lelaki seumuranku, tapi itu tidak menjadi masalah bagiku. Berbeda dengan orang lain merupakan suatu kebanggaan bagiku. Ditambah lagi, karena aku sudah terlalu bosan untuk berpacaran dengan wanita yang sebaya denganku, yang umumnya manja, amarahnya sering meledak-ledak, dan yang terpenting, permainan seks mereka kurang begitu prof sehingga kurang memuaskan aku.

Rasa ingin berpacaran dengan wanita yang lebih tua usianya dariku semakin hari semakin menggebu. Setiap aku melihat wanita yang rata-rata berusia 30 tahun ke atas, baik itu ketika aku sedang berada di jalanan, di mal, atau di komplek rumahku sekalipun, mata ini rasanya tidak ingin berkedip dan berpindah arah pandangan sedetik pun. Meskipun wanita (yang dikenal orang dengan istilah tante-tante) yang aku perhatikan ternyata sudah bersuami dan punya anak sekalipun, hal itu sama sekali tidak membuatku merasa ilfeel (ilang perasaan) sedikit pun. Malahan, hasrat seksku semakin hari semakin liar rasanya setiap kali aku melihat “tante-tante” dengan badannya yang bersih, putih dan montok lewat di depanku dengan meninggalkan wangi parfum yang begitu menggoda. Rasa ingin berpacaran dengan wanita yang usianya lebih tua dariku yang pertamanya aku rencanakan kini berubah total. Aku tidak mau sebatas berpacaran saja, tetapi lebih. Semakin tergoda aku untuk mencoba sesuatu yang belum pernah aku alami itu, bercinta dengan seorang tante-tante.

Seperti hari-hari yang lainnya, sore hari itu--hari Jum’at-- aku berolahraga. Karena teman-temanku yang sebagian besar menghabiskan akhir pekannya di Jakarta, maka hari itu aku tidak bisa bermain sepak bola. Untuk menggantinya, aku hanya melakukan lari-lari santai mengelilingi komplek rumahku, dan akhirnya menuju lapangan basket Gelora yang menjadi pusat kegiatan olahraga di komplek rumahku.

Baru sekitar 20 menit lari, pandangan dan kosentrasiku terganggu oleh body montok seorang tante yang meliak-liuk kesana-kemari ketika melakukan pemanasan. Lekukan-lekukan tubuhnya semakin “liar” terlihat jelas karena tante itu mengenakan pakaian sport yang nge-press sekali. Semakin dekat jarakku, semakin gelisah hatiku ini. Dan ternyata si Johny kebagian untuk melakukan olahraga ringan hari ini.

Ketika aku berlari melewatinya, tante itu membalikan badan. Kini posisinya berhadapan denganku. Senyuman manis dan sexy keluar dari bibirnya yang “hot” itu. Dan alangkah terkejutnya aku ketika menyadari bahwa tante yang aku perhatikan dari tadi itu ternyata tante Maya, tetangga sekaligus teman dekat Ibuku. Jarak rumahnya hanya beberapa meter saja dari rumahku.
“Rafi, kan? Masih inget nga ama tante?” tanya tante Maya.
“Iya, aku Rafi. Tante Maya kan?” jawabku dengan sedikit kaget dan terkejut.
Aku merasa pangling dengan perubahan yang terjadi pada tante Maya, hampir dua tahun aku tidak bertemu dengan tante Maya. Biasanya, setiap hari sabtu dan minggu tante Maya berkunjung ke rumahku untuk bergosip ria dengan Ibuku.

Karena kami berdua merasa saling kangen karena sudah lama tidak bertemu, kami pun beranjak untuk pergi ke sebuah cafe-untuk mengobrol santai- yang berada persis di pinggir lapang basket Gelora.
“Tante Maya kemana aja? Rafi pikir pindah rumah?” tanyaku.
Tante Maya menjawabnya, “Nga pindah, kok. Rumah tante cuman dikontrakin aja!”
Hampir setengah jam aku dan tante Maya mengobrol di cafe itu. Tante Maya menceritakan kepergiannya untuk mengikuti suaminya, mas Aryo, yang ditugaskan untuk melakukan penelitian di Amerika selama dua tahun ini. Tante Maya memang sengaja pulang lebih awal ke Indonesia ini, sedangkan suaminya baru pulang dari Amerika dua hari kemudian.

Tante Maya yang aku kenal dua tahun yang lalu berbeda sekali dengan yang sekarang ini. Dari dulu tante Maya memang sudah cantik dan berkulit putih, mirip artis Indonesia, Emma Waroka Hawkins. Tapi, setelah tante Maya pulang dari Amerika, banyak sekali perubahan besar yang terjadi pada dirinya. Dadanya semakin sexy dan besar, ditambah bentuk badan tante Maya yang drastis berubah, semakin montok dan semuanya “menjadi”. Rambut tante Maya yang dulu hitam alami, sekarang di-highlight ungu, yang semakin membuatnya tampak sexy.

“Raffi, tante udah punya anak lo!” tante Maya menyambung obrolan.
“Oh, iya? Kapan ngelahirinnya tante? Kok badannya tante kaya nga abis ngelahirin?” rayuku.
“Ah, Rafi ini bisa aja! Delapan bulan yang lalu. Anak tante cwe, namanya Gadis!” jawabnya.
“Wah, sekarang tante Maya nga kesepian donk kalo ditinggal Mas Aryo?”, tanyaku.
“Yah, sepi lah. Beda, kan. Anak tante kan belom bisa apa-apa, kalo Mas Aryo kan udah jago ngapa-ngapain,” jawab tante Maya sambil mencubit kecil tanganku.
Dengan posisi si Johny yang sudah bangun, aku menjawabnya, “Ah tante Maya ini, bisa aja! Udah keluar hasilnya, masih aja minta jatahnya.”
“Yah, namanya juga di Indonesia, dingin, biar anget, ya mesti dipeluk,” jawabnya.

Akhirnya, kami berdua meninggalkan cafe itu untuk segera pulang. Aku ditawari tumpangan oleh tante Maya yang kebetulan saat itu membawa kendaraan. Saat kami berjalan menuju tempat tante Maya memarkir mobilnya, banyak sekali mata-mata pria yang berada di sekitar lapangan basket Gelora memandang tajam tubuh tante Maya. Memang wajar, karena aku pun bisa merasakan apa yang pria-pria itu rasakan ketika melihat tubuh tante Maya. Selama perjalanan menuju rumah, kami berdua sempat melanjutkan obrolan, kadang serius, kadang “nyerempet-nyerempet”.
“Rafi kenapa nga ikut Mama ke Batam? Kan enak,” tanya tante Maya.
“Nga, ah. Jauh banget. Enakan di rumah aja,” jawabku dengan sedikit cuek.
“Rafi nyari kesempatan kali? Pasti Rafi mau ngajakin pacarnya buat nginep di rumah, iya kan?” tanya tante Maya sambil membetulkan posisi kacamatanya.
“Pacar dari mana? Tante ini bisa aja, ah! Rafi kan jomblo!” jawabku dengan sedikit malu-malu.

Sesekali, aku menatap tajam tubuh tante Maya. Bodynya yang montok membuat si Johny menikmati perjalanan dengan ketegangannya. Ingin rasanya untuk bisa menikmati tubuh tante Maya. Tapi itu mungkin kahayalanku saja, tante Maya kan teman dekat Ibuku. Sekalipun tante Maya “nakal” dan tertarik padaku, toh dia pasti malu dan sungkan untuk melakukan kencan dengan anak dari teman dekatnya.

Beberapa ratus meter dari rumahku, tante Maya menghentikan laju kendaraannya. Dan dia mengambil handphone yang disimpan di dekat rem tangan mobilnya.
“Rafi kita foto ya!” pinta tante Maya sambil mendekatkan badannya padaku.
“Rafi kan sekarang beda banget dari Rafi yang tante kenal dua tahun yang lalu. Rafi sekarang tambah dewasa!” rayu tante Maya.

Posisi badan tante Maya dekat sekali dengan badanku. Aku semakin terangsang. Si Johny pun dengan cepatnya mengencang. Wangi tubuh tante Maya sangat menggodaku. Hampir lima kali kami berfoto di mobil. Di saat-saat terakhir berfoto, tante Maya menempelkan pipinya yang sexy itu ke pipiku. Wacgh, semakin kacau saja isi otaku saat itu. Aku sempat berpikiran yang tidak-tidak tentang tante Maya, jangan-jangan tante Maya ingin menggodaku.

Sesampainya di depan rumahku, tante Maya sempat meluangkan waktu sebentar untuk masuk menemui Ibuku yang baru datang dari kantornya. Mereka berbincang-bincang dan tertawa keasikan menimati obrolan. Sementara, aku langsung masuk ke kamar dan beronani sambil membayangkan tubuh tante Maya yang aduhai itu.

Keesokan harinya, rumahku sangat sepi sekali. Ibuku pergi ke Batam, sementara Ayahku sudah dua minggu di Madrid mengurusi tugas kantornya. Mungkin gara-gara beronani di malam kemarinnya, aku kecapaian sehingga bangun kesiangan. Waktu menyalakan Tv, aku baru menyadari kalo jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Dengan badan yang lemas, aku berjalan menuju mini market yang jaraknya hanya 30 meter dari rumahku untuk membeli minuman yang dapat mengembalikan kesegaran badanku ini. Pulang dari mini market, aku berpapasan dengan tante Maya yang memang kebetulan mau ke rumahku untuk mengambil paket yang sudah disiapkan Ibuku kemarin.

“Rafi nga maen?” tanya tante Maya sambil menggendong anaknya yang masih kecil.
“Iya, tapi ntar malem kok!” jawabku.
“Tante Maya lupa, kemaren tuh mau ngambil paket di rumah Rafi. Gara-gara keenakan ngegosip, jadi lupa bawa paketnya!”
“Oh, paket yang dibungkusin kertas kado warna ijo ya?” tanyaku.
“Iya, Mama Rafi yang ngingetin tante tadi. Katanya juga, Rafi jangan lupa jaga rumah, jangan sering kemana-mana,” tante Maya menyampaikan pesan dari Ibuku.
Akhirnya, kami berdua menuju rumahku. Perasaanku campur aduk, antara bingung dan konak yang tiada tara. Apalagi siang itu tante Maya berpakaian yang sexy sekali, celana pendek ketat berwarna abu-abu, plus tanktop putih yang mencetak payudara tante Maya sehingga jelas terlihat. Wahh..luar biasa sekali tante Maya saat itu. Orgasme sepuluh kali pun aku sanggup, asalkan becintanya dengan tante Maya.

Tiba di rumahku, cuaca drastis berubah. Awan yang tadinya putih dan biru, kini berubah menjadi mendung. Petir pun terdengar kencang. Tampaknya hujan lebat bakal turun sebentar lagi. Aku pun mempersilahkan tante Maya untuk duduk. Ketika tante Maya duduk, pemandangan menyegarkan tampak jelas di kedua mataku. Belahan payudara tante Maya sangat tampak jelas terlihat. Payudara yang mulus dan putih sangat segar sekali untuk dilahap, ditambah ukuran payudaranya yang sangat dahsyat, yaitu sekitar 36B. Kemaluanku dengan cepat berdiri. Daripada otak ini tambah pusing, aku pun langsung menuju kamar mandi untuk beronani. Ketika mulai menggosok-gosokan batang kemaluanku dengan membayangkan tubuh tante Maya, Gadis, anak tante Maya yang masih kecil menangis. Mendegar tangisannya, aku pun menghentikan onani dan berjalan menuju ruang tengah tempat tante Maya duduk.

“Gini deh kalo anak masih kecil. Rewel terus, baru sebentar tidur, udah bangun lagi!” keluh tante Maya.
“Emang pengen apaan, tante?” tanyaku pura-pura.
“Minta susu lah, namanya juga anak kecil. Padahal tadi minum susu udah banyak sekali, ampe tetek tante bengkak nih!” tante Maya becanda, sambil melihatkan bulatan payudara yang ditutupi tanktop putihnya.
“Bengkak, tapi bagus kok tante, seger banget!” rayuku menenangkan tante Maya.
“Ah, Rafi, bisa aja. Jangan-jangan mau ditetekin juga ya?” tanya tante Maya dengan wajah yang menggoda.
“Rafi, tante Maya nyusuin Gadis di sini nga apa-apa ya?” tanya tante Maya.
“Ya, nga apa-apa lah. Kan kasihan Gadis, udah kehausan!” jawabku dengan keadaan si Johny menegang kencang.
“Kasihan Gadis, apa Rafi pengen liat teteknya tante?” tanya tante Maya dengan mencubit tanganku.
“Yah, sambil menyelam minum air lah!” jawabku dengan sedikit malu.

Tante Maya pun menurunkan tanktop putihnya di hadapanku. Dengan jelas kulihat belahan payudara tante Maya yang muncul dari balik bra tante Maya yang berwarna hitam. Segar sekali payudaranya. Rasa ingin merasakan air susu langsung dari payudara tante Maya seperti yang Gadis inginkan, muncul di benakku. Tidak saja hanya merasakan payudara tante Maya, tetapi semuanya, sampai ke vagina dan pantatnya yang sangat aduhai itu.

Tante Maya pun menyingkapkan penutup bra sebelah kanan untuk memberikan Gadis ASI. Dengan lahap, Gadis meminum ASI yang keluar dari payudara tante Maya. Perlahan-lahan tangisan Gadis berhenti. Si Johny pun sudah mengeluarkan cairan-cairan beningnya, tanda rangsangan sudah memuncak. Perasaanku lebih bingung lagi ketika melihat puting payudara tante Maya yang sedang dihisap Gadis, berwarna kecoklat-coklatan. Wah, sungguh eksotik sekali.

Aku pun memberanikan diri untuk mendekati tante Maya. Sebenarnya, aku takut sekali untuk mendekatinya. Takut disebut lancang, apalagi dapat gamparan dari tante Maya gara-gara ketidak sopananku. Namun, rasa ketakutanku itu semuanya pupus dan lenyap begitu saja ketika melihat raut wajah tante Maya yang seolah-olah mengundangku untuk mendekatinya.

“Tante Maya, boleh aku duduk di sebelah tante?” tanyaku dengan perasaan takut dimarahin.
“Sini, Rafi duduk di sini aja. Biar tante nga kedinginan,” jawab tante Maya.

Kontan, aku langsung mendekatinya dan menatap tajam payudara sebelah kanannya yang masih ditutupi bra tante Maya yang berwarna hitam. Sungguh luar biasa, payudara tante Maya jelas sekali di pandanganku. Sementara Gadis, sudah terlelap menikmati ASI dari payudara tante Maya.

“Kenapa, Rafi pengen juga minum susu?” tanyanya dengan suara yang menggoda si Johny.
Aku hanya bisa tertegun dengan menelan ludah. Bingung harus menjawab apa. Dan seketika tante Maya membuka bra sebelah kirinya. Kini tampak jelas di hadapanku payudara tante Maya yang tanpa bra. Besar, dan sangat indah aduhai.
Tante Maya pun menuntunku dengan mengelus kepalaku dan mengarahkannya agar segera melumat putingnya. Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Segera saja aku menghisap puting tante Maya.

“Arghh....Ehhmmm..Arggh...Rafi, kamu pinter banget ngisapnya. Pasti udah sering?” tanya tante Maya setengah berbisik ke telingaku.
Tanpa menjawabnya, aku langsung menghisap puting tante Maya yang sudah mengeras ditambah memijat-mijat halus payudaranya.
“Ehmm...Agccghh...Ucghh...” tante Maya merintih pelan.
Kami pun tidak bisa melakukannya dengan bebas, karena Gadis masih ada dalam pelukan tante Maya. Sambil aku melumat dan menghisap putingnya, tante Maya menciumi daun telingaku, dan berbisik.
“Sekarang Rafi berdiri, keluarin burungnya Rafi, biar tante kulum,” pintanya dengan mesra.
Segera saja aku keluarkan si Johny yang sudah menegang di sangkarnya. Keluar dari balik celana, si Johny sudah menantang lumatan bibir tante Maya.
“Idih, gede banget. Punyanya suami tante Maya aja nga segede ini,” rayunya sambil mengocok pelan batang kemaluanku. Pelan-pelan, batang kemaluanku mulai tenggelam di dalam mulut tante Maya.
“Orghgh...Uurgh...Tante, enak banget...Ourgh..Yess...” rintihku.
Sesekali tante Maya memberikan gigitan kecil pada bagian kepala dari kemaluanku, enak sekali rasanya.
“Rafi, tante Maya nidurin Gadfis dulu ya. Biar kita bebas mainnya,” pintanya padaku.
“Ya udah tante, Gadis tidurin di kamar Ibu saja,” jawabku dengan nafas yang tak beraturan.

Tante Maya pun berjalan menuju kamar Ibuku untuk menidurkan Gadis. Dia berjalan hanya memakai bra saja, tanpa kaos yang menutupi badanya. Sangat sexy dan menantang. Aku pun mengikutinya dari belakang. Ketika tante Maya menidurkan gadis dengan posisi membungkuk, aku sengaja memegang-megang pantatnya yang sangat montok sekali. Sesekali aku cium juga pantatnya yang masih ditutupi celana pendeknya itu.
“Rafi udah nga nahan ya? Nakal juga ya Rafi!” ungkap tante Maya sambil menciumi pipiku.
“Iya, tante. Rafi udah nga nahan banget pengen ngerasaian jepitan tante!” jawabku.

Kami berdua kembali menuju ruang tengah. Tv sengaja aku nyalakan untuk menemani permainan surga ini. Tante Maya segera duduk di sofa, dan langsung aku serang dengan ciuman di mukanya yang cantik itu, dengan posisi aku yang masih berdiri di depan tante Maya.
Lidah kami saling bergulat. Sesekali lidah tante Maya menyapu habis dinding mulutku dengan suara yang menandakan bahwa tante Maya sudah terangsang juga. Aku pun memindahkan posisi untuk duduk di samping tante Maya dengan posisi mulut kami yang masih berciuman. Sambil berciuman, aku mulai memberanikan diri untuk melepaskan bra tante Maya. Setelah branya terlepas, aku mulai memindahkan ciumanku ke bagian payudaranya sambil meremas-remas payudaranya yang segar itu.
“Ehmmm..Arghh....Rafi, Ehmm...Ourhhh...Tante udah nga tahan juga Rafi.”
“Iya, aku juga udah nga nahan Tante. Tapi nga usah cepet-cepet ya, biar orgasmenya enak sekaligus,” jawabku.
“Gimana kamu aja sayang. Yang penting tante Maya bisa puas hari ini,” jawabnya.

Ciumanku mulai menjelajah menuju leher tante Maya. Aku lumat habis semua bagian leher tante Maya. Wangi parfum tante Maya yang ku cium membuatku semakin liar mencumbui tante Maya tanpa henti. Tangan tante Maya mulai memijat-mijat batang kemaluanku yang masih tersembunyi di balik celana basketku. Perlahan-lahan, tante Maya mulai memasukan tangannya ke dalam celanaku. Pelan-pelan dia memberikan pijatan halus di sekitar batang kemaluanku. Bibirku kembali melumat bibir tante Maya, french kiss kembali dilakukan selama kurang lebih sepuluh menit.
“Rafi, udah sedikit basah ya?” tanya tante Maya yang sedang mengelus kepala kelaminku.
“Iya, tante. Abis Rafi emang udah nga tahan. Apalagi ngeliat body tante yang syur,”jelasku.
“Sekarang Rafi berdiri aja, biar tante isep lagi kemaluannya kaya tadi,” pinta tante Maya sambil mulai menurunkan celanaku. Kini aku hanya memakai celana dalam saja. Posisiku sekarang berdiri, dengan kontolku yang menghadap muka tante Maya. Tante Maya kembali memijat halus batang kemaluanku, ciuman kecil sesekali mendarat di kepala kemaluanku. Luar biasa rasanya, sungguh bagaikan mimpi.

Sedikit demi sedikit batang kemaluanku menghilang, tenggelam dalam kuluman mulut tante Maya.
“Ourghh....Orughh....” rintihan tante Maya ketika memasukan seluruh batang kemaluanku ke dalam mulutnya.
“Yess....Ehhm..Tante, enak banget,” bisiku ke tante Maya dengan sesekali menciumi pipinya yang mulai memerah karena rangsangan syahwatnya.
Gerakan tante Maya mulai tidak beraturan. Kadang menghisap kemaluanku dengan lambat, terkadang dengan cepat. Air ludah dari mulut tante Maya tampak membanjiri batang kemaluanku saat aku mengeluarkannya untuk diusap-usapkan ke kedua payudara tante Maya yang sudah mengeras putingnya.

Aku pun memindahkan posisi dengan duduk tepat di sebelah tante Maya. Kami berdua kembali melakukan ciuman, saling menjilat lidah, dan sungguh dahsyat rasanya.
Ketika kami sedang berciuman, tanganku mulai menjelajah ke bagian dalam rok tante Maya. Perlahan-lahan tanganku membelai halus paha tante Maya, terkadang tanganku memberikan pijitan kecil ke bagian vaginanya yang masih ditutupi rok dan celana dalamnya.
Ciumanku mulai kuturunkan ke leher tante Maya, turun ke payudaranya, dan kuhisap kuat kedua putingnya yang sedang dalam posisi kencang dan mengeras.
“Ohhhh....Rafi, ehmm....tante Maya udah nga kuat sayang,”
Aku bangkit dari posisi dudukku, kemudian mengambil posisi jongkok menghadap ke posisi vagina tante Maya. Mulai kubuka lebar posisi kaki tante Maya, dan kini di hadapanku tampak jelas celana dalam tante Maya yang berwarna putih keabu-abuan, yang menutupi vagina tante Maya. Tanpa pikir panjang, aku melepaskan celana dalam tante Maya, sehingga kini vagina tante Maya tampak jelas di kedua mataku ini. Vagina yang sangat segar, terawat, bersih, dan harum. Tidak ada sehelai bulu pun di sekitar vagina tante Maya, mungkin tante Maya menghabiskan uang yang sangat banyak sekali untuk merawat vaginanya, ntah untuk di Brazillian Wax, di Gurah ataupun perawatan lainnya yang dia lakukan. Yang jelas si Johny sudah kesetanan untuk segera dimasukan ke dalam vagina tante Maya yang laksana surga dunia itu.

Mulutku mulai kudekatkan dengan vagina tante Maya yang tampak sedikit-sedikit bergerak karena tarikan otot-otot vaginanya, tanda bahwa tante Maya sudah terangsang. Mulai ciumanku mendarat di sekitar vaginanya. Sesekali klitorisnya aku berikan gigitan kecil, dan kuhisap dengan kuat dan dalam sampai tante Maya menjerit-jerit keenakan.
“Awww.....Orgh....Yeessss...Rafi, ehhmmm, tante ngerasa enak banget,” kalimat yang keluar dari mulut tante Maya ketika aku menghisap vaginanya.

Sekitar sepuluh menit aku menciumi, menghisap, dan menjilati vagina tante Maya. Kini posisi berganti. Aku duduk di sofa, dan tante Maya duduk di pangkuanku dengan posisi badannya yang menghadap padaku. Tante Maya mulai menuntun kemaluanku untuk memasuki vaginanya, dan bleeessss...seketika batang kemaluanku tenggelam seluruhnya di dalam vagina tante Maya. Tante maya mulai menggoyang-goyangkan pantatnya. Terkadang pelan, terkadang menjadi cepat. Enak sekali rasanya, kemaluanku merasakan kehangatan yang tiada tara di dalam vagina tante Maya. Sesekali kemaluanku merasakan jepitan dan pijatan vagina tante maya yang diakibatkan kontraksi otot-otot vaginanya.
“Ourhhh...Ehhmm.....Arghh...Arghh....” desah tante Maya dengan mempercepat goyangannya.
“Ourghhh....Yessss...Rafi, eehhmmmm tante Maya mau keluar,”
“Keluarin aja tante, ourghh.....Arghh.....” jawabku sambil mencium bibir tante Maya.
Ketika itu juga tubuh tante Maya yang sedang menggoyang-goyang pantatnya dan memberikan tekanan yang sangat indah ke kemaluanku mendadak menggeliat dan bergerak tak beraturan. Rasa dari cairan hangat yang keluar memancar dari dalam vagina tante Maya dirasakan kemaluanku. Tante Maya sudah mendapatkan orgasmenya yang pertama.

Posisi kini berganti, sekarang tante Maya yang duduk setengah memanjang di sofa. Dengan posisi berdiri, aku mulai mengarahkan batang kemaluanku untuk digesek-gesekan ke kulit terluar vagina tante Maya.
“Ehmmm....Ourghh....Rafi, masukin aja sayang,” pinta tante Maya dengan matanya yang merem-melek.
“Bentar ya sayang, biar aku yang ngendaliin sekarang,” jawabku.
Sebelum memasukan kemaluanku ke dalam vaginanya, aku menciumi mulut tante Maya terlebih dahulu. Lidah beradu lidah saling menjilat, kami medesah keenakan. Bisa aku rasakan udara panas yang keluar dari hidung tante Maya setiap kali dia mengatur nafasnya. Sungguh sexy sekali.
Bleeesssss, tante Maya yang sedang enaknya menikmati ciumanku mendadak merintih. Dia kaget, karena mendadak kumasukan kemaluanku ke vaginanya. Gerakan maju mundur kulakukan untuk mencapai g-spot dari tante Maya yang terletak di bagian dalam vaginanya. Terkadang kugoyangkan pantatku untuk menambah variasi gerakan sambil terus menciumi bibir tante Maya.
“Mmhhh, Ehhmm...Arghh...Euhh...” desahan tante Maya yang menikmati tusukan dari si Johny.
Bisa kurasakan bagaimana kenikmatan yang sedang dialami tante Maya saa itu. Ciumannya semakin liar setiap kali aku mempercepat penetrasi kemaluanku ke dalam vaginanya.Agen DominoQQ

Sesaat kemudian, aku merasakan otot vagina tante Maya mulai berkontraksi kembali. Vagina tante Maya mulai memijat dan menyedot batang kemaluanku, ini tandanya kalo tante Maya sebentar lagi akan mendapatkan orgasmenya yang kedua. Gerakan penetrasiku semakin kencang.
“Ourghhhh...Rafi....Yesss..Arcghhh...” hanya desahan seperti itu yang keluar dari tante Maya ketika aku mengiringi penetrasi itu dengan meremas-remas payudara tante Maya. Terkadang aku melambatkan gerakanku untuk kemudian menancapkan kemaluanku ke dalam vagina tante Maya dengan cepat dan keras. Ternyata tante Maya menyukai gayaku tadi. Itu berarti pertanda kalo tante Maya memang sudah prof. Tidak banyak wanita yang kuat untuk menerima gaya itu, pasalnya gaya itu memang menyakitkan dan membuat ngilu.
“Orughh...Rafi....Arghh...Tante mau keluar lagi, kamu kapan keluarnya sayang?” tanya tante Maya dengan terus mendesah keenakan.
Tiba-tiba desahan dari tante Maya semakin mengencang. Otot dalam vagina tante Maya mulai menghisap dan memijat.
“Arghh...Eurghh....Ehhmm.....Yessss...” desahan tante Maya yang mengiringi orgasmenya yang kedua.

Saat aku mulai melambatkan gerakan dan goyanganku, tiba-tiba terdengar suara Gadis menangis. Mungkin gadis terbagun karena mendengar suara yang ribut dari ruangan tengah. Suara desahan Ibunya yang sedang saya jamah.
“Rafi, tante ke kamar dulu ya?” pinta tante Maya.
“Iya, sayang. Tapi jangan licik ya, aku belum keluar loh!” jawabku sambil menampar kecil pantatnya yang berisi.

Tante Maya meninggalkanku sendiri di sofa, dia berjalan menuju kamar tempat Gadis ditidurkan. Tante Maya berjalan dengan keadaannya yang bugil. Aku terus menatap tubuh tante Maya yang berjalan menjauhiku sambil mengocok-ngocok si Johny yang masih penasaran dengan hisapan vaginanya tante Maya. Walaupun hanya ditinggal lima menit saja, tapi si Johny tidak rela. Aku menyusul tante Maya ke kamar itu. Ketika aku memasuki kamar, tante Maya sedang menyusui Gadis dengan posisi terlentang setengah memiring. Aku mendekatinya, dan bergabung tiduran dengan memeluknya erat. Kami pun berciuman, sementara Gadis mulai terhanyut dengan ASInya tante Maya dan berangsur tidur. Di tempat itu pula aku mulai menusukan kembali si Johny. Berbeda dengan sebelumnya, kini aku masukan si Johny ke lubang anus tante Maya.
“Rafi, kenapa lewat belakang sayang...?” tanya tante Maya.
“Sebentar tante, Rafi Cuma penasaran aja!” jawabku.
“Pelan-pelan dan jangan ribut ya! Nanti Gadis kebangun lagi,” pintanya.
Aku mendapatkan sedikit kesulitan untuk memasukan si Johny ke dalam anus tante Maya. Lubang anusnya tidak sebesar lubang vaginya. Aku pun membantunya dengan membasahi daerah anus tante Maya dengan ludahku. Leepppp....Akhirnya, sedikit demi sedikit batang si Johny mulai memasuki Goa gelap anus tante Maya. Pelan-pelan kubenamkan semua dan kugerakan maju mundur batang kemaluanku. Tante Maya mulai merasakan dan menikmati gerakanku. Desahannya lembut, karena takut Gadis terbangun.

Hampir lima menit si Johny berada di dalam anus tante Maya, sampai tante Maya mengajakku untuk berpindah tempat dan posisi. Dituntunnya aku agar duduk di kursi depan meja rias kamar Ibuku. Tante Maya duduk di kedua pahaku dan mulai membenamkan kemaluanku ke dalam vaginanya. Goyangan dan gerakan tante Maya mulai membuat si Johny panik. Batangku menegang luar biasa karena merasa kejepit, tapi enak dan sungguh luar biasa rasanya semua itu. Tante Maya mengendalikan goyangannya dengan sangat sempurna. Terkadang dipercepat, terkadang diperlambat jika otot-otot batang si Johny mulai mengencang. Gerakan maju mundur pantat tante Maya kuberangi dengan hisapan mulutku ke puting payuda sebelah kanan tante Maya. Tante Maya mulai terangsang dan mendesah lumayang kencang.
“Ehhm.....Ourghh....Arghh....Rafi, keluarinnya bareng ya sayang,” pintanya padaku.
Semakin kencang goyangan dan gerakan pantat tante Maya, semakin terasa pula serombongan cairan sedang menuju batang kemaulanku. Si Johny akan orgasme sebentar lagi. Kami berdua sedang dalam puncak kenikmatan yang luar biasa, sesekali kami menikmatinya dengan saling bergulat lidah, sesekali pula aku menghisap puting tante Maya dengan kerasnya.

Link Altenatif : SAHABATMULIA.ME

“Ourghhh.....Yeesss...Rafi, tante Maya mau orgasme sayang,” bisiknya padaku.
“Sebentar tante, Ourghhh....Sebentar, Arghh....Rafi sebentar lagi orgasme juga,” jawabku.
Akhirnya, beberapa saat kemudian, gerakan dan goyangan kami berdua semakin cepat dan mengencang. Si Johny semakin tegang di dalam vagina tante Maya, ditambah jepitan dan hisapan vagina tante Maya yang semakin kuat.
“Ourrghhh.....Arghh...Tante aku keluarin di dalem ya?” tanyaku.
“Terserah kamu aja sayang, yang penting tante puas dan nikmat!” jawab tante Maya.
“Orughhhh......Yeesss....Arcghhh..”
Kami berdua saling mengerang, tante Maya mendapatkan orgasmenya yang ketiga, dan beberapa detik kemudian, sperma dari si Johny menyembur kencang di dalam vagina tante Maya.
“Argghh...Ehhmmm, makasih ya Rafi. Tante nikmat dan puas sekali hari ini,” bisik tante Maya dengan menciumi bibirku.

Kami berdua masih bertahan di posisi tadi untuk beberapa menit. Si Johny pun sedang beristiraha di dalam vagina tante Maya yang masih becek akibat orgasmenya yang terakhir tadi. Untuk beberapa saat itu kami berdua menghabiskan waktu dengan saling mengulum bibir dan lidah satu sama lainnya. Beberapa menit kemudian Gadis terbagun dan menangis. Tante Maya bergegas untuk memasang kembali pakaiannya yang aku lepaskan tadi. Hujan pun sudah berhenti beberapa saat yang lalu. Gadis di gendong tante Maya, dan tante Maya pun pamit pulang kepadaku. Sebelum aku bukakan pintu, aku sempat berciuman beberapa lama dengan tante Maya, berciuman di hadapan Gadis yang terbagun dan masih belum mengerti dengan apa yang dilakukan Ibunya itu.

Kenakalan di Toilet Umum

Zonasex96 _ ditengah kesunyian kamar mandi Mall, terdengar lantunan suara handphone yang keluar dari tas Citra yang teronggok di sudut wastafel.SahabatQQ


                                   Slot Gacor & PKV Terpercaya 2025 - Daftar di SahabatQQ

Dengan malas, Citra mengangkat pantatnya, dan mencoba berdiri sambil berpegangan di bibir wastale. Karena denyut gelombang orgasmenya yang tak kunjung berhenti.DominoQQ

 Membuat wanita hamil ini cukup merasa kesulitan ketika ia mencoba berdiri. Kedua kakinya gemetar dan lututnya begitu lemas. Namun pada akhirnya, Citra berhasil menggapai tasnya dan menjawab panggilan telephonenya.

"TULILILIIIIT.. TULILILIIITTT...."

“Ya haloo…?” Jawab Citra lirih. Dari intonasi suaranya, dapat diketahui jika Citra masih terdengar begitu lemah, "Kenapa Klis...?"

“Mbak Citra….? Mbaak… Kamu dimana…? Kok aku ditinggal sendirian gini sih…? Mana ditinggalnya lama pula…” Cerocos Muklis dari ujung telephon.

“Ohh… Mbak masih ditoilet kok Klis… " Jawab Citra pelan sambil berkaca. Mengamati tubuh nistanya yang baru saja dinikmati oleh empat orang pria tak dikenal. Sekaligus mencoba untuk sekedar membersihkan bekas-bekas perkosaan yang baru saja ia alami.

"Kamu nggak apa-apa Mbak…?” Tanya Muklis yang tak berhenti-berhenti mengkhawatirkan dirinya.

“Hhhh…. " Citra menarik nafas panjang, "Iya Klis… Mbak ngga kenapa-napa… Mbak baik-baik saja…”

“Kalo baik-baik saja… Kok lama banget ke toiletnya Mbak…? Hampir setegah jam nih aku nungguin Mbak balik….”

“Hihihi... Yaudah… Kalo gitu kamu samperin Mbak aja ke toilet Klis… Badan Mbak lemes banget…”

"Hadeeehhh... Sekarang Mbak dimana....? Aku samperin deh.."

"Hihihi... Mbak masih ditoilet kok Klis… Toilet paling ujung yang dideket basement… " Jelas Citra, “Oh iya Klis… Kalau kamu kesini Mbak nitip sesuatu donk…”

“Apaan Mbak…?”

“Mbak nitip buat beliin dress donk… Yang biasa aja…Dress Mbak yang tadi basah Klis… Tolong yaa… “

“Hadeeeh... Mbaaak Mbaaak... Kok bisa siiihhh…?”

“Hihihi… Namanya juga kena air Klis… Lagian dress tadi juga penuh pejuh kamu…”

“Hehehe… Oiya ya… Oke deh… Tapi ntar duit belanja dressnya Mbak gantiin yak…”

“Iya iya….” Jawab Citra santai, “Oiya… Ama tissu basah sekalian ya Klisss... Yang banyak.. Hihihi…

Tak lama, Muklis pun datang dan mengetuk pintu kamar mandi.

TOK TOK TOK

“Mbaak… Mbak Citra… Kamu ada didalam nggak…”?” Tanya Muklis dari luar kamar mandi.

“Masuk aja Klis.. Disini nggak ada orang kok...”

“Ini aku udah bawain titipannya Mbak... " Jawab Muklis sambil membuka pintu kamar mandi dan menjulurkan kepalanya, mencari tahu kondisi didalamnya..

“Udah buruan.. Masuk sini Klis… “

ASTAGA… Mbaaakk….?” Kaget Muklis begitu ia mendapati kondisi Citra yang berdiri dengan tanpa mengenakan selembar pakaian pun. Tubuhnya basah kuyup , dengan kulit payudara, vagina dan pantat yang penuh bercak-bercak kemerahan. Persis seperti bekas tanparan dan cupangan. Makeupnya belepotan dengan rambut yang acak-acakan. Bahkan, di paha dalamnya terlihat lelehan lendir yang mengalir turun dari lubang vagina dan anusnya.

“Mbak...? Kok...?” Heran Muklis.

“Stttt... Udah-udah... Jangan banyak tanya ya Klis... Sini... Mana dress dan tissu titipan Mbak...?”

Tanpa berkata apa-apa Muklis berjalan mendekat dan menyerahkan kantong belanjaan pesanan Citra.

“Nggg... Mbak… Kamu tadi habis ngapain sih...?” Tanya Muklis yang tak henti-hentinya memperhatikan setiap jengkal tubuh hamil kakak iparnya.

“Hihihi... Nggak kenapa-napa kok Klis…” Jawab Citra seolah menyembunyikan sesuatu

“Serius Mbak… Kalo nggak kenapa-napa... Kok sampe basah keringet gitu Mbak...?" Tanya Muklis lagi

“Mbak tadi baru saja dientot habis-habisan oleh empat orang lelaki yang sebelumnya Mbak ga kenal sama sekali Klis… Dientot dengan brutal oleh keempat kontol mereka di semua lubang tubuh Mbak…” Batin Citra yang tak mungkin ia ceritakan ke Muklis.

“Hihihi… Mbak tadi mastrubasi Klis… Hihihi...." Jawab Citra sambil tertawa lirih.

“Haaahh… Serius Mbak…? Emang… Tadi aku entotin masih kurang ya Mbak...?”

“Hmmm… Nggak tau juga ya Klis... Yang jelas sesampainya Mbak disini... Mbak tau-tau pengen kobel-kobel memek Klis… “ Bohong Citra berusaha menyembunyikan cerita yang sebenarnya dari Muklis.

“Bener Mbak…?” Tanya Muklis sambil terus mengamati tubuh hamil Citra lekat-lekat, "Tadi Mbak lama cuman gara-gara masturbasi..?".

“Iya sayang.. Mbak cuman masturbasi kok... " Bohong Citra lagi, mencoba menenagkan Muklis yang sepertinya mulai terlihat emosi.

Memang, akhir-akhir ini Muklis terlihat begitu posesif terhadap Citra, bahkan ia jauh lebih posesif daripada Marwan, suami Citra dan kakak kandungnya sendiri. Oleh karenanya, Citra tak ingin jika adik iparnya sampai tahu jika kondisi tubuhnya yang acak-acakan itu akibat baru saja mendapat perkosaan dari Rahman, Banu, Usep dan Yadi. Biarlah cerita pemerkosaan itu hanya Citra dan mereka yang tahu.

“Heeehhh... KOk malah bengong...." Celetuk Citra, "Kamu daripada bengong... Mending bantuin Mbak buat mbersihin badan Mbak deh…” Pinta Citra sembari menyodorkan kotak tissu pada Muklis.

“Emang Mbak masturbasinya gimana sih…? Kok badan Mbak bisa sampe berantakan seperti ini…?” Tanya Muklis yang seolah belum puas dengan segala jawaban Citra.

“Hihihi… Tadi Mbak ngobel memeknya dibantu ama semprot-semprotan pake keran air Klis… " Jelas Citra sembari menyisir rambut dengan jarinya.. "Eeh pas sedang asyik-asyiknya mainan memek... Mbak nggak tahunya kalo lantai toiletnya licin… Udah deh.... Mbak kepleset Klis…Hingga jadinya... Yya gini Klis… Baju dan badan Mbak basah kuyup kena semprotan air keran…"

Mendengar cerita Citra yang sepertinya mengada-ada, entah kenapa membuat dada Muklis menjadi berdebar-debar. Melihat lelehan lendir dari vagina dan anusnya juga membuat pembuluh darah penisnya semakin menggembung besar. Dan melihat cupangan di payudara Citra yang terlihat seperti baru, semakin membuat gejolak birahi Muklis semakin menjadi-jadi.

Dengan tiba-tiba, Muklis langsung merangsek tubuh Citra. Maju dan menubruk tubuh wanita hamil itu dari belakang.

“Rebahin badanmu kedepan Mbak… Trus nungging.." Pinta Muklis sambil mendorong punggung Citra maju, lalu tanpa basa basi, adik ipar Citra itupun segera menurunkan resleting celananya dan menarik batang penisnya yang sudah menegang keras keluar dari celananya.

"Heeeii..... Kamu mau apa Klis...? " Tanya Citra bingung.

"Mau ngentotin kamu lagi Mbak... " Ucap Muklis sambil menempatkan kepala penisnya pada liang senggama Citra. "Masa ini memek Mbak kok keliatannya gatel banget ya...? Baru juga aku entotin... Eeh udah sange aja lagi..."

"Eeeeh.... Nanti dulu ah Klis... Memek Mbak masih ngilu... " Tolak Citra ketika kepala penis Muklis sudah mulai menyibak bibir vaginanya yang basah.

"Aku udah nggak tahan Mbak..... Kontolku udah pengen ngentotin memek gatelmu lagi..." Jawab Muklis tak menghiraukan penolakan Citra. Ia tetap merangsek maju dan membenamkan kepala penisnya dalam jepitan celah kenikmatan kakak iparnya.

CLEEEP.

“Oooh Klissss.. Pelan pelan...” Desah Citra sembari menggigit bibir bawahnya.

“Sumpah... Mbak... Walau tadi baru aja aku entotin… Memek gemukmu ini masih aja berasa mantap... “ Puji Muklis sambil meneruskan dorongan pinggulnya maju. Hingga separuh batang penisnya terbenam ke dalam liang vagina Citra.

“Sssshhh... Jangan dalem-dalem ya Klis...” Pinta Citra. “Memek Mbak masih ngilu banget…”

“Haaa... Jangan dalem-dalem...?” Heran Muklis ketika mendengar ucapan Citra. “Kok tumben Mbak... ? Biasanya kamu khan pengen cepet-cepet disodok batang kontolku sampe mentok...?"

"Nggg... Anu Klis... Tadi khan Mbak baru keluar... Jadi memek Mbak... Nggg masih agak ngilu... " Bohong Citra lagi, "Jadi kamu nyodokin kontolnya jangan dalem-dalem ya...."

Namun Muklis sama sekali tak mengindahkan larangan kakak iparnya. Buktinya, walaupun Citra udah melarang Muklis supaya jangan melesakkan batang penisnya lebih dalam lagi, remaja tanggung itu tetap saja memajukan pinggulnya. Walhasil, tak lama kemudian, seluruh penis berurat milik Muklis tertelan habis dalam vagina Citra.

"Ohhh... Mentok Mbak... Hehehe...." Tawa Muklis puas.

"Uuuuhhh... Kliiisss... buruan cabut Klisss.... Jangan dalam-dalam..." Erang Citra.

"Ehhmmmm.... Yaaah.... Udah terlanjur Mbak.... Aku nggak bisa nahan Mbak kalo cuman buat masukin kepala kontolku aja... " Erang Muklis sambil mendiamkan sejenak batang penisnya dalam vagina Citra,

"Lagian khan sayang banget Mbak... Kalo memek sempitmu ini tidak disodok dalam-dalam... Hehehe...."

"Ooohh... Jangan klisss... Ayo sekarang kamu cabut ya sayang... Bener deh... Memek Mbak ngilu banget buat nerima kontol besarmu..."

"Hmmm... Masa sih Mbak....?" Tanya Muklis dengan nada menggoda, "Kalo ngilu... Kok memek Mbak makin banjir... ?" Heran Muklis yang menyadari kebasahan vagina kakak iparnya. Karena seiring dengan ditusuknya batang penis Muklis masuk ke rongga kenikmatan Citra, lendir-lendir kental berwarna putih keruh meluap keluar dari lubang vagina sempit Citra. Keluar dan melumuri batang kejantanan Muklis.

"Ooohh... Klisss... " Erang Citra yang ternyata masih menikmati persetubuhan terlarangnya.

"Kenapa Mbak... Enak ya...?" Goda Muklis sambil terus menggoyang penisnya di liang vagina Citra.

"Ehhhmmmhhh.... Iya.... Enak.... Tapi ngilu banget Klis.... " Desah Citra sambil kembali berpegangan pada bibir wastafel.

"Memekmu memang hebat ya Mbak... Walau sudah berkali kali aku entotin... Masih aja terasa begitu sempit.... Begitu legit.... " Puji Muklis sambil mulai merabai payudara Citra dari arah belakang, " Terasa peret banget lah Mbaaak... " Erang adik ipar Citra yang segera menggenjot batang penisnya.

PLAK PLAK PLAK

Suara persetubuhan kedua insan yang masih ada hubungan saudara ini pun mulai kembali terdengar. Begitu nyaring dengan disertai desahan-desahan kenikmatan mereka berdua.

PLAK PLAK PLAK

"Uuhh... Uhhh....Kontolmu berasa penuh banget Klis... Memek Mbak berasa penuuh bangeeet... " Desah Citra sembari menggigit bibir bawahnya.

"Iya ya Mbak... Memekmu juga berasa sempit banget Mbak... " Puji Muklis lagi, "Cuman Mbak... Ini lendir memek kamu kok sepertinya banyak banget ya....? Keluar mulu... " Heran Muklis yang kemudian memperlambat goyangan pinngulnya dan menatap heran kearah batang penisnya yang berlumuran lendir keputihan..

"Masa sih Klis...?" Tanya Citra yang pura-pura tak sadar dengan kebasahan barang sempitnya..

"Iya Mbak... Kaya nggak abis-abis keluarnya.... " Sahut Muklis lagi, "Dan lagi... Baunya Mbak.... Kok mirip... Mmmmm.... Mirip seperti bau pejuh aku ya Mbak...?"

"Hihihi.... Ya khan itu emang pejuh kamu Klis... Kau lupa ya... ? Kalo tadi pagi kamu khan ngentotin Mbak di kamar ganti...?" Ucap Citra mencoba mengingatkan, "Trus... Kamu juga buang pejuh kamu di memek Mbak... Masa lupa sih...?"

"Nggak lupa sih Mbak... Cuman aku sama sekali nggak nyangka kalo pejuh yang aku buang di rahimmu jadi bakal sebanyak ini ..." kejarnya.

"Hihihi... Dasaar Muklis....Muklis... Kalo udah nafsu aja lupa deh ama pejuh sendiri... " Goda Citra sambil terus menggoyangkan pinggulnya, mengulek penis Muklis yang masih tertancap erat di vaginanya.

"Hmmm... Iya kali ya Mbak... " Jawab Muklis yang tiba-tiba mencabut batang penisnya keluar dari liang vagina Citra. Membuat celah kewanitaan istri kakak kandungnya itu menganga lebar dengan kulit bibir vagina yang merona merah.

PLOOOP...

Suara penis Muklis ketika tercabut dari jepitan vagina kakak iparnya. Dan seketika itu, sisa lendir kewanitaan Citra pun langsung merembes keluar. Mengalir deras menuruni paha dalamnya.

"Uuuuhhh.... Klis... Kok kontolnya dicabut...?" Heran Citra.

"Hehehe... Maaf ya Mbak... Bukannya aku nggak suka lagi dengan memekmu... " Kata Muklis sambil menepuk-tepukkan batang penisnya pada vagina Citra, "Cuman... Ini kok sepertinya lendir kamu terlalu banyak ya...? Jadinya kontol aku agak berasa kurang nyaman mbak... Berasa licin-licin gimanaaa gitu..."

"Ooooohhh... Gitu....? Jadi...? Kamunya mau udahan nih…?” Tanya Citra.

"Hmmm… Belum juga sih… " Jawab Muklis singkat sambil mengarahkan kepala penisnya pada liang anus Citra.

"Loohhh....? Eh ehh.. Klis… ? Kamu mau ngapain…?” Jerit Citra panik.

"Aku mau make lubang tubuhmu yang lain Mbak...Aku pengen ngentotin lubang pantatmu… Sepertinya lubang ini bakal terasa lebih kering daripada lubang memekmu...”

"Waduh.... Ehh... Eeehh... Jangan Klis... Mbak belum siap...."

Namun, sepertinya teriakan Citra agak sedikit terlambat. Karena Muklis sudah terlanjur melesakkan kepala penisnya untuk membelah liang anus milik istri kakak kandungnya itu.

CLOOOOP

"Ooohh Mbaakkk… Ini baru namanya enaaaakkkk…” lenguh Muklis sambil meremas erat kedua bulatan pantat Citra. Menjauhkan kedua daging semok itu kekiri dan kekanan. Melebarkan sejauh mungkin lubang anus Citra supaya bisa menerima tusukan batang penis Muklis lebih dalam lagi.

"Ssshh.. Kliss.. Jangan Kliiiiss.. Jangaaan...Bo'ol Mbak.... Maasiiih sereeeet…" Erang Citra dengan tangan yang menahan tubuh Muklis supaya tak semakin maju.

"Hehehe... Udaaah Mbaaaak.... Nikmatin aja entotan kontolku ini.... Pasti enak kok... Hehehe...." Kekeh Muklis yang kemudian mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur. Menggempur celah anus kakak Iparnya itu keras-keras.

PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK

Namun setelah beberapa kali tusukan, lagi-lagi Muklis mendapati hal yang sama. Alih-alih mendapatkan jepitan lubang anus yang kering, adik ipar Citra ini malah mendapatkan lubang anus yang juga penuh dengan lendir kental berwarna putih keruh. Lendir yang sama dengan lendir yang keluar dari vagina kakak iparnya.

"Mbak....? " Tanya Muklis yang kemudian memperlambat goyangan pinggangnya.

"Ooohh.... Loohh... Kok berhenti Klis...? Kenapa....?"

"Nggg... Kok bo'ol kamu juga berlendir ya Mbak...?"

"Ehhh...? Berlendir...? Masa sih...?" Tanya Citra sambil menengok kearah Muklis.

"Iya Mbak... Nih lihat aja sendiri... " Jawab Muklis sambil mencabut penis besarnya dari lubang vagina Citra.

PLOOPPP.

"Nih Mbak... Liat.... Kok kontolku berlumuran lendir yang sama dengan lendir yang ada di memekmu...?"

"Ooohh... Itu....? Anu.... Tadi Mbak... Mmmmm.... Tadi Mbak juga ngobel bo'ol Mbak Klis... " Bohong Citra lagi. Ia benar-benar tak ingin jika adik iparnya itu tahu jika tadi lubang anus favoritnya itu, baru distubuhi oleh Yadi. Si penjaga kounter.

"Ngobel bool....?"

"Iya... Mbak tadi juga ngobel bo'ol Mbak Klis... Karena seret.... Mbak lumurin aja lubang anus Mbak pake bekas pejuhmu... Biar gampang ngobelinnya Klis..."

"Hmmm.... Gitu ya Mbak...?"

"Udah yuk... Gausah bahas itu lagi.... Sekarang... Ayo kamu sodok-sodok memek Mbak lagi Klis... Mbak udah ngerasa enakan kok..." Hibur Citra demi supaya Muklis tak lagi memikirkan tentang sisa sperma Rahman, Banu, Yadi dan Usep yang masih tertinggal di dalam setiap lubang yang ada di tubuhnya.

"Nggg... Oke deh Mbak..." Jawab Muklis yang kemudian menusukkan kembali batang penis besarnya pada lubang anus Citra

CLEP

"Uuuuuuhh... Klis.."

"Nggg... Tapi Mbak.. Masa lendir aku banyak begini sih Mbak...?" Tanya Muklis lagi. Rupanya pemuda satu ini masih saja sesulitan untuk menahan rasa penasarannya, "Kayanya... Aku cuman keluar sedikit deh Mbak... Jadi nggak bakal bisa bikin memek dan anusmu kebanjiran pejuh gini..."Jelas Muklis lagi penuh curiga.

"Mmmm.... Kalo tentang itu.... Nggg... Mbak ya nggak tahu juga ya sayang... Mbak juga heran..."

"Heran....?" Tanya Muklis, "Nnggg... Kamu tadi nggak selingkuh khan Mbak...?"

"Apa Klis... Se.... Selingkuh...?" Tanya Citra kaget ,"Selingkuh dengan siapa Klis...?"

"Ya nggak tahu Mbak... Khan bukan aku yang gejalaninnya...."

"Nggg.... Nggaklah Klis... Mana mungin Mbak berani selingkuh....?"

"Masa sih Mbak...?" Cecar Muklis lagi, "Kalo Mbak nggak berani selingkuh... Trus yang selalu kita lakuin selama ini apa...? Buktinya Mbak masih saja mau aku entotin..."

"Nnggg... Bukan gitu Klis..."

"Uudah Mbaak... Ngaku aja... Tadi Mbak selingkuh khan... ?" Cerocos Muklis, "Ini bukan pejuh aku khaan Mbaak...?

Merasa bingung, Citra tak mampu berpikir cepat untuk menjawab semua tuduhan Muklis, "Enngg... Sebenernya sih .... Tadi... Nngg.... Mbak cuman....." Kata Citra putus-putus.

"Dengan siapa Mbak....??" Tanya Muklis lagi, "Soalnya nggak mungin banget deh Mbak sperma aku bisa sebanyak ini kalo kamu nggak selingkuh...?"

"Nngggg..."

"Ini pasti sperma orang lain Mbak... Iya khan Mbak...? Dan ini sperma... Sepertinya dikeluarin oleh kontol yang pemiliknya lebih dari satu orang.... Bener khan Mbak...??"

"Nggg.. Kok kamu mikirnya gitu sih Klis....? Emang Mbak wanita apaan...?"

"aaahh... Ngaku aja Mbak....? Dasar istri murahan....LONTE..."

Mendengar tuduhan-tuduhan Muklis, emosi Citra pun seketika meluap. Walau memang benar ia baru saja disetubuhi oleh Rahman, Yadi, Usep dan Banu, namun tetap saja, ia tak ingin persetubuhan tadi diketahui Muklis. Dan lagi, Muklis tak berhak menyebutnya sebagai wanita lonte.

"Kok kamu gitu sih Klis...??" Geram Citra, "Udah udah... Sekarang kamu maunya apa...? Kalo kamu nggak mau ngentotin Mbak... Nggak masalah kok ama Mbak... "Sewot Citra.

"Toh Mbak bisa ngajak ngentot orang lain...."

"Banyak kok kontol-kontol lelaki lain yang bisa ngentotin Mbak tanpa harus banyak omong..."

"Tinggal ngentotin memek gratisan aja kok kebanyakan bacot...".


"Udah-udah... Kalo kamu nggak mau ngentotin Mbak... Mbak mau pake baju aja... " Sewot Citra sambil bergerak menjauh dari Muklis, "Mbak mau ketemu ama mas Marwan... Mbak udah ditungguin suami Mbak...."


Melihat kemarahan Citra, emosi Muklis pun meledak-ledak. Ditambah mendengar Citra menyebut nama suaminya, entah kenapa, birahi Muklis semakin tak terkontrol.Agen DominoQQ

"Kamu nakal Mbak... Kamu bener-bener nakal...." Bentak Muklis yang kemudian mendorong pundak Citra supaya lebih rebah kedepan dengan kasar. "Bini lonte kaya kamu memang harusnya dikasih pelajaran... Biini nakal kaya kamu memang harusnya dihukum... " Tambah adik ipar Citra itu yang kemudian mencabut penisnya dari vagina Citra.

PLOOP

Dan cepat-cepat memasukkannya kedalam liang anus Citra.

CLEEP

"Ooooohh.. Kliss...." Desah Citra yang ternyata dalam kemarahannya, masih bisa merasakan kenikmatan yang tak terhingga.

"Ngapa panggil-panggil....? Kakak ipar binal sepertimu.... Memang harus dihukum..." Bentak Muklis lagi sambil segera melesakkan batang penisnya dan mengaduk isi liang anus Citra.


PLAK PLAK PLAK....

Tanpa basa-basi lagi, Muklis segera membombardir lubang pantat Citra dengan kecepatan tinggi.

PLAK PLAK PLAK....


"Oooohhh.... Cabut Klis... Cabut.... Mbak udah nggak Moodd... " Erang Citra sambil berusaha mendorong tubuh Muklis yang bergoyang semakin cepat ketika menyetubuhi lubang pembuangannya, "Ooohh... Ohh... Mbak nggak mau Klis... Mbak udah nggak mood lagiiii..."


PLAK PLAK PLAK....

"Bodo amat.... Bini lonte sepertimu memang harus dihukum seperti ini Mbak..." Jawab Muklis yang kemudian kembali mencabut batang penisnya dari lubang anus Citra, lalu menghujamkan kuat-kuat ke dalam vaginanya.


PLOOOP.... SEECLEEEP....


"Wuuoohhh.... Uhhh.. Uhhh.. Uhhh.. enak banget Mbaaaak... " Ucap Muklis sembari terus menggempur lubang vagina Citra kuat kuat. Tanpa henti. Tanpa ampun.


PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK....PLAK PLAK PLAK....


"Rasain hukuman akibat kebohonganmu Mbak... Rasain hukuman akibat kenakalanmu...."

"Ohh... Uhh... Uhhh... Uuhh... Ngentot kamu Klis... Udah-udah... Mbak ngga mau kamu entotin seperti ini lagi.... Cabut kontolmu Klis... Cabuuut...." Erang Citra yang terus berusaha mendorong tubuh Muklis menjauh.


PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK.... PLAK....

PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK....

PLAK.... PLAK

PLAK....


"Sshhh.... Bener nih nggak mau aku entotin lagi...?" Goda Muklis yang kemudian menggoyangkan tusukan penisnya dengan gerakan super pelan. Sengaja menggoda syaraf sensitif bibir vagina Citra dengan urat batang penisnya. Menggelitik pelan hingga membuat Citra mendesah-desah keenakan.


"Bener nih Mbak...? Nggak mau dientotin kontol besarku lagi....?" Goda Muklis sambil menggelitik lubang anus Citra yang licin, "Nggak ada loh orang lain yang punya kontol seperti punyaku..."


'Oooohhh... Klisss... Ngentot kamu sayang... Jangan siksa Mbak seperti ini dooong..."

"Hehehe... Yaudah... Kalo nggak mau disiksa... Jawab dulu pertanyaan aku Mbak... " Ucap Muklis sambil terus menggerakkan jemarinya, menggelitik liang anus Citra sembari menyodokkan batang penisnya perlahan. Masuk. Keluar. Masuk . Keluar

"Oooohhh... Jawab apaan Kliisss...?"


"Tadi Mbak selingkuh khan...?" Tanya Muklis.sembari terus menggelitik kedua lubang tubuh bagian bawah milik Citra dengan gerakan super pelannya

"Nngg... Jangan siksa Mbak seperti ini Klis... Mbak nggak kuat kalo kamu perlakuin seperti ini..."

"Hehehe... Makanya.... Jawab dulu... " Pinta Muklis yang kali ini merabai titik kelemahan Citra yang super sensitif. Dengan tangan kirinya yang masih bebas, adik ipar Citra itupun mulai meremasi kedua puting payudaranya secara bergantian.

"Oooohh... Ngentttooot kamu Kliss... Ampuuunnn kliisss... Jangan siksa Mbak seperti ini... Udah dong sayang.... Goyangin kontolmu.. Memek aku udah nggak tahan niiih... Ayooo... Goyang yang cepeet..."

"Hehehe... Nggak mau sebelum kamu kasih jaawaaabannyaaa...."


Tak tahan dengan godaan Muklis. Citrapun akhirnya mengaku.

"Ooohhh... Iya Klis... Ssshh.... Mbak tadi selingkuh...?"

"Jadi bener Mbak...?"

"Ssshh.... Ooohh... Iiyaaaahhh... Mbak tadi ngentot dengan orang lain... Dan pejuh yang ada di memek Ssshh... Dan bool Mbak.... Itu milik orang lain....Ooohh.. Puuas Klis......?"


Mendengar pengakuan Citra, birahi Muklispun seketika meledak. Meluap-luap bak lahar panas. Matanya melotot dan mulutnya terkatup erat. Gigi-giginya gemeretak dan otot tubuhnya menegang.


"Aastaga Mbaaak... sempet-sempetnya ya...? Sumpah kamu nakal Mbak... Kamu nakal banget... " Ucap Muklis dengan nada berat. Seolah kesulitan menahan emosi. "Kamu memang istri lonte... Jadi bikin... Kontolku... Pengen ngentotin tubuh hamilmu.. Terus teruan... Ohh Mbaak Citraaaa Aguuustinaaaa....


Dengan kecepatan tinggi, Muklis lalu mencabut penisnya dari vagina Citra dan kembali menghujamkan kelubang anusnya.


PLOOOP CLEEECEEP..

Tanpa mengucap banyak kata, Muklis segera menggoyangkan pinggulnya. Bergerak dengan gerakan super cepat.


PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK....


"Ooohh.. Ooohh...Mukliiiissss... Pelan-pelan Kliiiisss...."

"Ngentot kamu Mbak... NGENTOOOT...."

"OOOHHH... Pelan Kliiss... Bo'ol Mbak NGILUUUUUU..."


PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK....


Tak peduli dengan desahan dan rintihan Citra, Muklis terus saja menggempur lubang pantat Citra keras-keras. Tanpa henti. Tanpa ampun..


PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK....

"Kamu memang harus dihukum Mbaak... Harus disiksa..." Geram Muklis yang kembali memindah tusukan penisnya dari anus ke vagina Citra.


PLOOPPPOP... CLLEEEEEPPP....


PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK....


"OHHHH... ANJRIIIITTTTT... Kliiisss.. pelan-peelaaannn.... " Erang Citra. "Jangan ngawur nyodokin kontolnya Kliiisss....Saaaakkkiiiiitttttt... Pelan-pelaaaann..."

"Huuuoooohh... Sakit apa enak Mbak...? Ohh..." Goda Muklis sambil terus meremas pantat Citra, "Kalo sakit kok memek Mbak bisa ngempot-ngempot gini... Ohh... Ohh... Ohh..."

"Ooooohhh..... Muuuukliiissss..... Saaakiiitttt.... Tapi sekaligus Eeeenaaaakkkk..."

"HAHAHAHA..... Dasar bini LOOONTEEEEE...."


PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK.... PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK


PLOOOPPPP CLLEEEEPPPP


berulang kali, Muklis menusukkan batang penis jumbonya ke vagina dan anus Citra secara bergantian. membuat kakak iparnya yang sedang hamil itu berteriak-teriak histeris. antara kesakitan, juga keenakan.


PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK... LAK PLAK... PLAK PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK.... PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK


PLAK.... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK...


PLOOOPPPP CLLEEEEPPPP


PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK... LAK PLAK... PLAK PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK.... PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK

PLAK PLAK PLAK.... PLAK... PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK....

Sakit, geli, enak dan super nikmat. Itulah yang dirasakan Citra pada kedua lubang tubuh bawahnya. Karena walaupun berkali-kali Muklis mengaduk vagina dan anusnya secara bergantian, pada akhirnya, Citra pun menyerah dalam kenikmatan. Perlahan-lahan, gelombang orgasme mulai kembali menyapa.

"Ooooh kliiiss... ENAK banget kliiiss... NGEEENTOOOTTT... Mbak mau keluar Muklis ngentooott..."

"Hiya Mbak... Aku juga mau keluar... Kita keluar bareng ya Mbaak... "

"Oooh... Terus Kliss.. Entot memek Mbak terus Kliiss... Entot dengan KONTOL BESARMUUUU... ENTOOOOT TERSU KLIIISSS.... Iya.... Iya Klis... Kita keluar bareng... NGENTOOOTT... Kita KELUAR BAAREEEEENG....

"Sekarang ya Mbak... AKU UDAH NGGAK KUAT LAGI...."

"IYA KLIS.... Sekarang... SEKARAAANG... OOOHH.. NGEEENTOOOOTT... NGEEENTOOOOOTTTT..

CREEET CREET CREECEEET CREEET...

CROOOT CROCOOOTTT CROOT CRROOOT...

Seketika, tubuh kedua manusian yang masih ada hubungan keluarga itu bergetar hebat. Keduanya mendapatkan orgasme yang begitu dahyat. Tubuh Citra melejit-lejit karena nikmat. Matanya melotot dan mulutnya menganga. Sepertinya hari itu ia mendapat orgasmenya yang paling hebat.

begitu pula dengan Muklis. Yang walaupun sudah mendapat orgasmenya, masih saja menghentak-hentakkan pinggulnya, guna menyemburkan persediaan spermanya hingga habis ke liang peranakan Citra.


"Oooohh... Ngeeentoooottttt.... Enak bangeeet Kliiiiisss..... Saaakittt... Ngiluuuu... Tapi... Enaaaaakkkk..."

"Hehehe... Iya Mbak... Aku juga ngerasain enaaak bangeeet..."

"Gila.. Kamu kuat ya Klis.... Bisa bikin Mbak sampe kelojotan gini.... Sumpah... Mbak sampe lemes..."

"Mbak juga hebat kok.... Hamil hamil tapi masih bisa bikin kontolku sange terus...Hehehe...."

"Hhhh.. Hhh... Kamunya aja yang nafsuan Klis... Hhh..." Balas Citra. "Kliiis... Makasih ya.... Enak banget kontolmuuuu.... Bikin kaki Mbak lemes..." Lenguh Citra dengan vagina yang masih penuh oleh penis adik iparnya tiba-tiba kehilangan kekuatan pada lututnya. Dan seketika itu pula, tubuh wanita semok itu merosot kebawah. Muklis yang ada dibelakang Citrapun dengan sigap menangkap tubuh semok kakak iparnya dan ikut menurunkan tubuhnya.


"Loohh.. Mbaak... Bentar Mbak.. Jangan duduk dulu... Bisa patah kontolku kalo kamu dudukiinn Mbaak... " Protes Muklis yang buru-buru ikut menurunkan tubuhnya lalu merebahkan badannya diatas lantai kamar mandi yang dingin.

"Mbak nggak kuat Klis... Kaki Mbak capek bangeet... " Jawab Citra sambil memutar posisi duduknya. Dari yang semula memunggungi Muklis, jadi menghadap kearah adik iparnya. Dan dengan hanya beralaskan tubuhnya adik iparnya, Citrapun duduk bersimpuh sambil mengatur nafas.


"Oooohh... Mbaak... Kontolku jangan dipelintir gittuuu... " Erang Muklis yang merasakan jepitan vagina Citra seolah memeras batang kejantanannya.

"Hihihihihi... Maaf Klis... Kaki Mbak masih lemes kalo harus bangun.... Dan juga memek Mbak masih ngilu banget kalo harus ngelepas batang kontolmu..." Ucap wanita hamil itu mencoba mengatur nafasnya.


"Hhhhhh.... Mbaak mbaak.... Kamu tuh ya... Cantik banget kalo udah keluar..." Goda Muklis sambil meremas kedua payudara Citra yang bergoyang didepan tubuhnya. "Yaudah... Kalo gitu... Kamu istriahat dulu deh Mbak... Nggak apa-apa deh kalo kamu mau terus dudukin kontolku..."


"Makasih ya Klis... Makasih banget... " ucap Citra yang kemudian memajukan tubuhnya dan mengecup bibir saudara iparnya itu, "Kontolmu memang jauh lebih hebat daripada kontol pria-pria tadi..."

"Iya Mbak.. Sama-sama... " Jawab Muklis ,"Mbak udah puas khan...?"

"Hihihi.... Hiya Klis... Mbak selalu puas dengan pelayanan kontol besarmu..." Ucap Citra sambil mengejankan otot vaginanya, memberikan jepitan super ketat pada penis besar milik adik iparnya.

"Uuhhh.... Mantaaap.. " Erang Muklis keenakan.


"Huuuooohh.... Badan Mbak sakit semua Klis... Apalagi memek Mbak... Ngilu banget..." Desah Citra sambil menggeliatkan tubuhnya.

"Waduh... Tapi kira-kira kandunganmu nggak kenapa-napa khan Mbak...?" Tanya Muklis, "Khan dari pagi sampe barusan... Memek Mbak kayaknya nggak brenti-brenti muasiinnn kontolku.... Hebat bener Mbak... Jadi mirip Lonte beneran... Hehehe...."

"Iiihhh... Muklis.... Masa nyamain memek Mbak kaya memek Lonte siiihhh....?"

"Hehehe... Ya khan itu misal Mbak... Kalo misalnya Mbak lonte beneran... Kira-kira duit mbak udah dapet berapa ya....? Hehehe...."


Tak menjawab kalimat Muklis, Citra terlihat sedang menghitung sesuatu.


"Enam kontol.... " Bisik citra lirih pada dirinya sendiri

"Haaa....? Apanya yang enam kontol Mbak... ?" Kaget Muklis


"Eeh... Bukan... Anu... bukan Klis... Maksud Mbak...

"Enam... Memangnya Mbak tadi ngentot ama berapa cowok Mbak...?"


" Bukan Klis... Maksud Mbak bukan gitu..."

"JadiHari ini Mbak habis muasin enam kontol...? Gitu Ya Mbak...?" Tebak Muklis, "Kontol siapa aja Mbak... Tadi pagi memek Mbak muasin kontol Mas Marwan... Trus kontolku... Trus siapa lagi mbak...?"


"Hihihi... Apaan sih Klis...? Mbak tadi khan cuman becanda... Hihihihi...." Jawab Citra sambil cekikikan, "Mbak pengen tahu aja... Gimana reaksi kamu kalo misalnya tahu seumpama Mbak dientot ama orang lain.... Hihihihi..."

"Aaahhh.. Aku nggak peraya Mbak... Kamu pasti bohong ya...? Kamu barusan beneran dientot ama cowo lain khan...?"

"Hihihihi... Emangnya kenapa sih Klis kalo Mbak abis dientot ama kontol cowo lain...?"

"Ya aku pengen tahu aja Mbak..."

"Iihh kepooo deh kamu... Hihihi..."


"Iiiihhh Mbak gitu yaaa.... Main rahasia-rahasiaan segala..."

"Hihihi... Udahan yuk Klis... Kita makan.... Mbak udah laper... Mbak udah ditungguin ama Mas Marwan... " Jawab Citra yang kemudian mengumpulkan tenaganya dan buru-buru bangkit. Menaikkan tubuhnya dan melepas cengkeraman vaginanya pada penis Muklis.


PLOOOPPP


"Uuuuhh... Klisss... Selalu aja ya... Kontolmu selalu bikin memek Mbak ngilu.... Bikin memek Mbak kalo habis kamu entotin jadi melompong lebar gini... Hihihihi..." Kata Citra


SEEEERRR... Seketika lendir kenikmatan Muklis mengalir deras ke paha dalam Citra.


"Jadi Mbak... Kamu tadi dientotin berapa orang...?" Tanya Muklis lagi yang masih penasaran.

"Hihihihi... Apaan sih Klis...? Masih aja yaaaa....?" Jawab Citra yang kemudian menyeka lendir dan sperma yang mengalir turun di paha dalamnya. Kemudian segera mengenakan dres baru pembelian Muklis.


"Eh Klis.... Kamu nggak beli celana dalam ya....?"

"Emangnya kenapa mbak...?"

"Celana dalam Mbak khan basah kena pejuh kamu Klis... Masa mbak pakai lagi...?"

"Hehehe... Ya kalo nggak mau pakai... Gausa sekalian Mbak..."

"Iiiihh... Bisa masuk angin Klis...?"

"Hehehe... Yaudah.... Terserah Mbak aja kalo gitu...."

Link Altenatif : SAHABATMULIA.ME

"Hmmm... Dipake aja kali ya Klis.... Sekalian buat nahan sisa pejuh cowo- cowo yang masih tersisa di rahim Mbak.... Biar ga keluar mulu Klis...?

"Cowo-cowo...?" Kaget Muklis, "Naaah khaaan.... Kamu tadi beneran habis dientot banak cowo khan Mbaak....?"

"Hihihi... K.... E.... P....O....."

"Ahhh... Mbak Citraa....Ayo Mbaak.... Jawab... Kamu tadi ngentot ama siap Mbakkk....?"

"Hihihi....Udah ah... Yuk kita makan.... Mbak udah laper banget..."

"Mbak Citraaaa... Jawab dulu Mbaakk...."

"Hmmm... Kayanya tadi Mbak dientot ama..... Tukang sapu... Tukang baju.... Tukang pentung.... Ama Tukang parkir.... Jawab Citra sambil menggoyang-goyangkan pantatnya, "Gitu kali ya Klis...?" Tambahnya lagi tersenyum dan melangkah meninggalkan Muklis sendiri di dalam kamar mandi.

"Serius Mbak... Trus Ceritanya gimana...? Kok bisa seperti itu...?"

"Hihihi... Itu khan mungkin Klis... Mungkin....?"

"Haadeeeh... Mbaakk... Kamu bikin aku ngaceng lagi deeeeh...."

"Hihihi... Udah ah... Ayo makan..... Kamu tuh ya... Ngaceng mulu..."

"Mbak Citra Agustinaaa..... Ayo jawaaaab duluuu... Tadi ceritanya gimanaaaa....?"

Zonasex96 _ ditengah kesunyian kamar mandi Mall, terdengar lantunan suara handphone yang keluar dari tas Citra yang teronggok di sudut wastafel.SahabatQQ


                                   Slot Gacor & PKV Terpercaya 2025 - Daftar di SahabatQQ

Dengan malas, Citra mengangkat pantatnya, dan mencoba berdiri sambil berpegangan di bibir wastale. Karena denyut gelombang orgasmenya yang tak kunjung berhenti.DominoQQ

 Membuat wanita hamil ini cukup merasa kesulitan ketika ia mencoba berdiri. Kedua kakinya gemetar dan lututnya begitu lemas. Namun pada akhirnya, Citra berhasil menggapai tasnya dan menjawab panggilan telephonenya.

"TULILILIIIIT.. TULILILIIITTT...."

“Ya haloo…?” Jawab Citra lirih. Dari intonasi suaranya, dapat diketahui jika Citra masih terdengar begitu lemah, "Kenapa Klis...?"

“Mbak Citra….? Mbaak… Kamu dimana…? Kok aku ditinggal sendirian gini sih…? Mana ditinggalnya lama pula…” Cerocos Muklis dari ujung telephon.

“Ohh… Mbak masih ditoilet kok Klis… " Jawab Citra pelan sambil berkaca. Mengamati tubuh nistanya yang baru saja dinikmati oleh empat orang pria tak dikenal. Sekaligus mencoba untuk sekedar membersihkan bekas-bekas perkosaan yang baru saja ia alami.

"Kamu nggak apa-apa Mbak…?” Tanya Muklis yang tak berhenti-berhenti mengkhawatirkan dirinya.

“Hhhh…. " Citra menarik nafas panjang, "Iya Klis… Mbak ngga kenapa-napa… Mbak baik-baik saja…”

“Kalo baik-baik saja… Kok lama banget ke toiletnya Mbak…? Hampir setegah jam nih aku nungguin Mbak balik….”

“Hihihi... Yaudah… Kalo gitu kamu samperin Mbak aja ke toilet Klis… Badan Mbak lemes banget…”

"Hadeeehhh... Sekarang Mbak dimana....? Aku samperin deh.."

"Hihihi... Mbak masih ditoilet kok Klis… Toilet paling ujung yang dideket basement… " Jelas Citra, “Oh iya Klis… Kalau kamu kesini Mbak nitip sesuatu donk…”

“Apaan Mbak…?”

“Mbak nitip buat beliin dress donk… Yang biasa aja…Dress Mbak yang tadi basah Klis… Tolong yaa… “

“Hadeeeh... Mbaaak Mbaaak... Kok bisa siiihhh…?”

“Hihihi… Namanya juga kena air Klis… Lagian dress tadi juga penuh pejuh kamu…”

“Hehehe… Oiya ya… Oke deh… Tapi ntar duit belanja dressnya Mbak gantiin yak…”

“Iya iya….” Jawab Citra santai, “Oiya… Ama tissu basah sekalian ya Klisss... Yang banyak.. Hihihi…

Tak lama, Muklis pun datang dan mengetuk pintu kamar mandi.

TOK TOK TOK

“Mbaak… Mbak Citra… Kamu ada didalam nggak…”?” Tanya Muklis dari luar kamar mandi.

“Masuk aja Klis.. Disini nggak ada orang kok...”

“Ini aku udah bawain titipannya Mbak... " Jawab Muklis sambil membuka pintu kamar mandi dan menjulurkan kepalanya, mencari tahu kondisi didalamnya..

“Udah buruan.. Masuk sini Klis… “

ASTAGA… Mbaaakk….?” Kaget Muklis begitu ia mendapati kondisi Citra yang berdiri dengan tanpa mengenakan selembar pakaian pun. Tubuhnya basah kuyup , dengan kulit payudara, vagina dan pantat yang penuh bercak-bercak kemerahan. Persis seperti bekas tanparan dan cupangan. Makeupnya belepotan dengan rambut yang acak-acakan. Bahkan, di paha dalamnya terlihat lelehan lendir yang mengalir turun dari lubang vagina dan anusnya.

“Mbak...? Kok...?” Heran Muklis.

“Stttt... Udah-udah... Jangan banyak tanya ya Klis... Sini... Mana dress dan tissu titipan Mbak...?”

Tanpa berkata apa-apa Muklis berjalan mendekat dan menyerahkan kantong belanjaan pesanan Citra.

“Nggg... Mbak… Kamu tadi habis ngapain sih...?” Tanya Muklis yang tak henti-hentinya memperhatikan setiap jengkal tubuh hamil kakak iparnya.

“Hihihi... Nggak kenapa-napa kok Klis…” Jawab Citra seolah menyembunyikan sesuatu

“Serius Mbak… Kalo nggak kenapa-napa... Kok sampe basah keringet gitu Mbak...?" Tanya Muklis lagi

“Mbak tadi baru saja dientot habis-habisan oleh empat orang lelaki yang sebelumnya Mbak ga kenal sama sekali Klis… Dientot dengan brutal oleh keempat kontol mereka di semua lubang tubuh Mbak…” Batin Citra yang tak mungkin ia ceritakan ke Muklis.

“Hihihi… Mbak tadi mastrubasi Klis… Hihihi...." Jawab Citra sambil tertawa lirih.

“Haaahh… Serius Mbak…? Emang… Tadi aku entotin masih kurang ya Mbak...?”

“Hmmm… Nggak tau juga ya Klis... Yang jelas sesampainya Mbak disini... Mbak tau-tau pengen kobel-kobel memek Klis… “ Bohong Citra berusaha menyembunyikan cerita yang sebenarnya dari Muklis.

“Bener Mbak…?” Tanya Muklis sambil terus mengamati tubuh hamil Citra lekat-lekat, "Tadi Mbak lama cuman gara-gara masturbasi..?".

“Iya sayang.. Mbak cuman masturbasi kok... " Bohong Citra lagi, mencoba menenagkan Muklis yang sepertinya mulai terlihat emosi.

Memang, akhir-akhir ini Muklis terlihat begitu posesif terhadap Citra, bahkan ia jauh lebih posesif daripada Marwan, suami Citra dan kakak kandungnya sendiri. Oleh karenanya, Citra tak ingin jika adik iparnya sampai tahu jika kondisi tubuhnya yang acak-acakan itu akibat baru saja mendapat perkosaan dari Rahman, Banu, Usep dan Yadi. Biarlah cerita pemerkosaan itu hanya Citra dan mereka yang tahu.

“Heeehhh... KOk malah bengong...." Celetuk Citra, "Kamu daripada bengong... Mending bantuin Mbak buat mbersihin badan Mbak deh…” Pinta Citra sembari menyodorkan kotak tissu pada Muklis.

“Emang Mbak masturbasinya gimana sih…? Kok badan Mbak bisa sampe berantakan seperti ini…?” Tanya Muklis yang seolah belum puas dengan segala jawaban Citra.

“Hihihi… Tadi Mbak ngobel memeknya dibantu ama semprot-semprotan pake keran air Klis… " Jelas Citra sembari menyisir rambut dengan jarinya.. "Eeh pas sedang asyik-asyiknya mainan memek... Mbak nggak tahunya kalo lantai toiletnya licin… Udah deh.... Mbak kepleset Klis…Hingga jadinya... Yya gini Klis… Baju dan badan Mbak basah kuyup kena semprotan air keran…"

Mendengar cerita Citra yang sepertinya mengada-ada, entah kenapa membuat dada Muklis menjadi berdebar-debar. Melihat lelehan lendir dari vagina dan anusnya juga membuat pembuluh darah penisnya semakin menggembung besar. Dan melihat cupangan di payudara Citra yang terlihat seperti baru, semakin membuat gejolak birahi Muklis semakin menjadi-jadi.

Dengan tiba-tiba, Muklis langsung merangsek tubuh Citra. Maju dan menubruk tubuh wanita hamil itu dari belakang.

“Rebahin badanmu kedepan Mbak… Trus nungging.." Pinta Muklis sambil mendorong punggung Citra maju, lalu tanpa basa basi, adik ipar Citra itupun segera menurunkan resleting celananya dan menarik batang penisnya yang sudah menegang keras keluar dari celananya.

"Heeeii..... Kamu mau apa Klis...? " Tanya Citra bingung.

"Mau ngentotin kamu lagi Mbak... " Ucap Muklis sambil menempatkan kepala penisnya pada liang senggama Citra. "Masa ini memek Mbak kok keliatannya gatel banget ya...? Baru juga aku entotin... Eeh udah sange aja lagi..."

"Eeeeh.... Nanti dulu ah Klis... Memek Mbak masih ngilu... " Tolak Citra ketika kepala penis Muklis sudah mulai menyibak bibir vaginanya yang basah.

"Aku udah nggak tahan Mbak..... Kontolku udah pengen ngentotin memek gatelmu lagi..." Jawab Muklis tak menghiraukan penolakan Citra. Ia tetap merangsek maju dan membenamkan kepala penisnya dalam jepitan celah kenikmatan kakak iparnya.

CLEEEP.

“Oooh Klissss.. Pelan pelan...” Desah Citra sembari menggigit bibir bawahnya.

“Sumpah... Mbak... Walau tadi baru aja aku entotin… Memek gemukmu ini masih aja berasa mantap... “ Puji Muklis sambil meneruskan dorongan pinggulnya maju. Hingga separuh batang penisnya terbenam ke dalam liang vagina Citra.

“Sssshhh... Jangan dalem-dalem ya Klis...” Pinta Citra. “Memek Mbak masih ngilu banget…”

“Haaa... Jangan dalem-dalem...?” Heran Muklis ketika mendengar ucapan Citra. “Kok tumben Mbak... ? Biasanya kamu khan pengen cepet-cepet disodok batang kontolku sampe mentok...?"

"Nggg... Anu Klis... Tadi khan Mbak baru keluar... Jadi memek Mbak... Nggg masih agak ngilu... " Bohong Citra lagi, "Jadi kamu nyodokin kontolnya jangan dalem-dalem ya...."

Namun Muklis sama sekali tak mengindahkan larangan kakak iparnya. Buktinya, walaupun Citra udah melarang Muklis supaya jangan melesakkan batang penisnya lebih dalam lagi, remaja tanggung itu tetap saja memajukan pinggulnya. Walhasil, tak lama kemudian, seluruh penis berurat milik Muklis tertelan habis dalam vagina Citra.

"Ohhh... Mentok Mbak... Hehehe...." Tawa Muklis puas.

"Uuuuhhh... Kliiisss... buruan cabut Klisss.... Jangan dalam-dalam..." Erang Citra.

"Ehhmmmm.... Yaaah.... Udah terlanjur Mbak.... Aku nggak bisa nahan Mbak kalo cuman buat masukin kepala kontolku aja... " Erang Muklis sambil mendiamkan sejenak batang penisnya dalam vagina Citra,

"Lagian khan sayang banget Mbak... Kalo memek sempitmu ini tidak disodok dalam-dalam... Hehehe...."

"Ooohh... Jangan klisss... Ayo sekarang kamu cabut ya sayang... Bener deh... Memek Mbak ngilu banget buat nerima kontol besarmu..."

"Hmmm... Masa sih Mbak....?" Tanya Muklis dengan nada menggoda, "Kalo ngilu... Kok memek Mbak makin banjir... ?" Heran Muklis yang menyadari kebasahan vagina kakak iparnya. Karena seiring dengan ditusuknya batang penis Muklis masuk ke rongga kenikmatan Citra, lendir-lendir kental berwarna putih keruh meluap keluar dari lubang vagina sempit Citra. Keluar dan melumuri batang kejantanan Muklis.

"Ooohh... Klisss... " Erang Citra yang ternyata masih menikmati persetubuhan terlarangnya.

"Kenapa Mbak... Enak ya...?" Goda Muklis sambil terus menggoyang penisnya di liang vagina Citra.

"Ehhhmmmhhh.... Iya.... Enak.... Tapi ngilu banget Klis.... " Desah Citra sambil kembali berpegangan pada bibir wastafel.

"Memekmu memang hebat ya Mbak... Walau sudah berkali kali aku entotin... Masih aja terasa begitu sempit.... Begitu legit.... " Puji Muklis sambil mulai merabai payudara Citra dari arah belakang, " Terasa peret banget lah Mbaaak... " Erang adik ipar Citra yang segera menggenjot batang penisnya.

PLAK PLAK PLAK

Suara persetubuhan kedua insan yang masih ada hubungan saudara ini pun mulai kembali terdengar. Begitu nyaring dengan disertai desahan-desahan kenikmatan mereka berdua.

PLAK PLAK PLAK

"Uuhh... Uhhh....Kontolmu berasa penuh banget Klis... Memek Mbak berasa penuuh bangeeet... " Desah Citra sembari menggigit bibir bawahnya.

"Iya ya Mbak... Memekmu juga berasa sempit banget Mbak... " Puji Muklis lagi, "Cuman Mbak... Ini lendir memek kamu kok sepertinya banyak banget ya....? Keluar mulu... " Heran Muklis yang kemudian memperlambat goyangan pinngulnya dan menatap heran kearah batang penisnya yang berlumuran lendir keputihan..

"Masa sih Klis...?" Tanya Citra yang pura-pura tak sadar dengan kebasahan barang sempitnya..

"Iya Mbak... Kaya nggak abis-abis keluarnya.... " Sahut Muklis lagi, "Dan lagi... Baunya Mbak.... Kok mirip... Mmmmm.... Mirip seperti bau pejuh aku ya Mbak...?"

"Hihihi.... Ya khan itu emang pejuh kamu Klis... Kau lupa ya... ? Kalo tadi pagi kamu khan ngentotin Mbak di kamar ganti...?" Ucap Citra mencoba mengingatkan, "Trus... Kamu juga buang pejuh kamu di memek Mbak... Masa lupa sih...?"

"Nggak lupa sih Mbak... Cuman aku sama sekali nggak nyangka kalo pejuh yang aku buang di rahimmu jadi bakal sebanyak ini ..." kejarnya.

"Hihihi... Dasaar Muklis....Muklis... Kalo udah nafsu aja lupa deh ama pejuh sendiri... " Goda Citra sambil terus menggoyangkan pinggulnya, mengulek penis Muklis yang masih tertancap erat di vaginanya.

"Hmmm... Iya kali ya Mbak... " Jawab Muklis yang tiba-tiba mencabut batang penisnya keluar dari liang vagina Citra. Membuat celah kewanitaan istri kakak kandungnya itu menganga lebar dengan kulit bibir vagina yang merona merah.

PLOOOP...

Suara penis Muklis ketika tercabut dari jepitan vagina kakak iparnya. Dan seketika itu, sisa lendir kewanitaan Citra pun langsung merembes keluar. Mengalir deras menuruni paha dalamnya.

"Uuuuhhh.... Klis... Kok kontolnya dicabut...?" Heran Citra.

"Hehehe... Maaf ya Mbak... Bukannya aku nggak suka lagi dengan memekmu... " Kata Muklis sambil menepuk-tepukkan batang penisnya pada vagina Citra, "Cuman... Ini kok sepertinya lendir kamu terlalu banyak ya...? Jadinya kontol aku agak berasa kurang nyaman mbak... Berasa licin-licin gimanaaa gitu..."

"Ooooohhh... Gitu....? Jadi...? Kamunya mau udahan nih…?” Tanya Citra.

"Hmmm… Belum juga sih… " Jawab Muklis singkat sambil mengarahkan kepala penisnya pada liang anus Citra.

"Loohhh....? Eh ehh.. Klis… ? Kamu mau ngapain…?” Jerit Citra panik.

"Aku mau make lubang tubuhmu yang lain Mbak...Aku pengen ngentotin lubang pantatmu… Sepertinya lubang ini bakal terasa lebih kering daripada lubang memekmu...”

"Waduh.... Ehh... Eeehh... Jangan Klis... Mbak belum siap...."

Namun, sepertinya teriakan Citra agak sedikit terlambat. Karena Muklis sudah terlanjur melesakkan kepala penisnya untuk membelah liang anus milik istri kakak kandungnya itu.

CLOOOOP

"Ooohh Mbaakkk… Ini baru namanya enaaaakkkk…” lenguh Muklis sambil meremas erat kedua bulatan pantat Citra. Menjauhkan kedua daging semok itu kekiri dan kekanan. Melebarkan sejauh mungkin lubang anus Citra supaya bisa menerima tusukan batang penis Muklis lebih dalam lagi.

"Ssshh.. Kliss.. Jangan Kliiiiss.. Jangaaan...Bo'ol Mbak.... Maasiiih sereeeet…" Erang Citra dengan tangan yang menahan tubuh Muklis supaya tak semakin maju.

"Hehehe... Udaaah Mbaaaak.... Nikmatin aja entotan kontolku ini.... Pasti enak kok... Hehehe...." Kekeh Muklis yang kemudian mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur. Menggempur celah anus kakak Iparnya itu keras-keras.

PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK

Namun setelah beberapa kali tusukan, lagi-lagi Muklis mendapati hal yang sama. Alih-alih mendapatkan jepitan lubang anus yang kering, adik ipar Citra ini malah mendapatkan lubang anus yang juga penuh dengan lendir kental berwarna putih keruh. Lendir yang sama dengan lendir yang keluar dari vagina kakak iparnya.

"Mbak....? " Tanya Muklis yang kemudian memperlambat goyangan pinggangnya.

"Ooohh.... Loohh... Kok berhenti Klis...? Kenapa....?"

"Nggg... Kok bo'ol kamu juga berlendir ya Mbak...?"

"Ehhh...? Berlendir...? Masa sih...?" Tanya Citra sambil menengok kearah Muklis.

"Iya Mbak... Nih lihat aja sendiri... " Jawab Muklis sambil mencabut penis besarnya dari lubang vagina Citra.

PLOOPPP.

"Nih Mbak... Liat.... Kok kontolku berlumuran lendir yang sama dengan lendir yang ada di memekmu...?"

"Ooohh... Itu....? Anu.... Tadi Mbak... Mmmmm.... Tadi Mbak juga ngobel bo'ol Mbak Klis... " Bohong Citra lagi. Ia benar-benar tak ingin jika adik iparnya itu tahu jika tadi lubang anus favoritnya itu, baru distubuhi oleh Yadi. Si penjaga kounter.

"Ngobel bool....?"

"Iya... Mbak tadi juga ngobel bo'ol Mbak Klis... Karena seret.... Mbak lumurin aja lubang anus Mbak pake bekas pejuhmu... Biar gampang ngobelinnya Klis..."

"Hmmm.... Gitu ya Mbak...?"

"Udah yuk... Gausah bahas itu lagi.... Sekarang... Ayo kamu sodok-sodok memek Mbak lagi Klis... Mbak udah ngerasa enakan kok..." Hibur Citra demi supaya Muklis tak lagi memikirkan tentang sisa sperma Rahman, Banu, Yadi dan Usep yang masih tertinggal di dalam setiap lubang yang ada di tubuhnya.

"Nggg... Oke deh Mbak..." Jawab Muklis yang kemudian menusukkan kembali batang penis besarnya pada lubang anus Citra

CLEP

"Uuuuuuhh... Klis.."

"Nggg... Tapi Mbak.. Masa lendir aku banyak begini sih Mbak...?" Tanya Muklis lagi. Rupanya pemuda satu ini masih saja sesulitan untuk menahan rasa penasarannya, "Kayanya... Aku cuman keluar sedikit deh Mbak... Jadi nggak bakal bisa bikin memek dan anusmu kebanjiran pejuh gini..."Jelas Muklis lagi penuh curiga.

"Mmmm.... Kalo tentang itu.... Nggg... Mbak ya nggak tahu juga ya sayang... Mbak juga heran..."

"Heran....?" Tanya Muklis, "Nnggg... Kamu tadi nggak selingkuh khan Mbak...?"

"Apa Klis... Se.... Selingkuh...?" Tanya Citra kaget ,"Selingkuh dengan siapa Klis...?"

"Ya nggak tahu Mbak... Khan bukan aku yang gejalaninnya...."

"Nggg.... Nggaklah Klis... Mana mungin Mbak berani selingkuh....?"

"Masa sih Mbak...?" Cecar Muklis lagi, "Kalo Mbak nggak berani selingkuh... Trus yang selalu kita lakuin selama ini apa...? Buktinya Mbak masih saja mau aku entotin..."

"Nnggg... Bukan gitu Klis..."

"Uudah Mbaak... Ngaku aja... Tadi Mbak selingkuh khan... ?" Cerocos Muklis, "Ini bukan pejuh aku khaan Mbaak...?

Merasa bingung, Citra tak mampu berpikir cepat untuk menjawab semua tuduhan Muklis, "Enngg... Sebenernya sih .... Tadi... Nngg.... Mbak cuman....." Kata Citra putus-putus.

"Dengan siapa Mbak....??" Tanya Muklis lagi, "Soalnya nggak mungin banget deh Mbak sperma aku bisa sebanyak ini kalo kamu nggak selingkuh...?"

"Nngggg..."

"Ini pasti sperma orang lain Mbak... Iya khan Mbak...? Dan ini sperma... Sepertinya dikeluarin oleh kontol yang pemiliknya lebih dari satu orang.... Bener khan Mbak...??"

"Nggg.. Kok kamu mikirnya gitu sih Klis....? Emang Mbak wanita apaan...?"

"aaahh... Ngaku aja Mbak....? Dasar istri murahan....LONTE..."

Mendengar tuduhan-tuduhan Muklis, emosi Citra pun seketika meluap. Walau memang benar ia baru saja disetubuhi oleh Rahman, Yadi, Usep dan Banu, namun tetap saja, ia tak ingin persetubuhan tadi diketahui Muklis. Dan lagi, Muklis tak berhak menyebutnya sebagai wanita lonte.

"Kok kamu gitu sih Klis...??" Geram Citra, "Udah udah... Sekarang kamu maunya apa...? Kalo kamu nggak mau ngentotin Mbak... Nggak masalah kok ama Mbak... "Sewot Citra.

"Toh Mbak bisa ngajak ngentot orang lain...."

"Banyak kok kontol-kontol lelaki lain yang bisa ngentotin Mbak tanpa harus banyak omong..."

"Tinggal ngentotin memek gratisan aja kok kebanyakan bacot...".


"Udah-udah... Kalo kamu nggak mau ngentotin Mbak... Mbak mau pake baju aja... " Sewot Citra sambil bergerak menjauh dari Muklis, "Mbak mau ketemu ama mas Marwan... Mbak udah ditungguin suami Mbak...."


Melihat kemarahan Citra, emosi Muklis pun meledak-ledak. Ditambah mendengar Citra menyebut nama suaminya, entah kenapa, birahi Muklis semakin tak terkontrol.Agen DominoQQ

"Kamu nakal Mbak... Kamu bener-bener nakal...." Bentak Muklis yang kemudian mendorong pundak Citra supaya lebih rebah kedepan dengan kasar. "Bini lonte kaya kamu memang harusnya dikasih pelajaran... Biini nakal kaya kamu memang harusnya dihukum... " Tambah adik ipar Citra itu yang kemudian mencabut penisnya dari vagina Citra.

PLOOP

Dan cepat-cepat memasukkannya kedalam liang anus Citra.

CLEEP

"Ooooohh.. Kliss...." Desah Citra yang ternyata dalam kemarahannya, masih bisa merasakan kenikmatan yang tak terhingga.

"Ngapa panggil-panggil....? Kakak ipar binal sepertimu.... Memang harus dihukum..." Bentak Muklis lagi sambil segera melesakkan batang penisnya dan mengaduk isi liang anus Citra.


PLAK PLAK PLAK....

Tanpa basa-basi lagi, Muklis segera membombardir lubang pantat Citra dengan kecepatan tinggi.

PLAK PLAK PLAK....


"Oooohhh.... Cabut Klis... Cabut.... Mbak udah nggak Moodd... " Erang Citra sambil berusaha mendorong tubuh Muklis yang bergoyang semakin cepat ketika menyetubuhi lubang pembuangannya, "Ooohh... Ohh... Mbak nggak mau Klis... Mbak udah nggak mood lagiiii..."


PLAK PLAK PLAK....

"Bodo amat.... Bini lonte sepertimu memang harus dihukum seperti ini Mbak..." Jawab Muklis yang kemudian kembali mencabut batang penisnya dari lubang anus Citra, lalu menghujamkan kuat-kuat ke dalam vaginanya.


PLOOOP.... SEECLEEEP....


"Wuuoohhh.... Uhhh.. Uhhh.. Uhhh.. enak banget Mbaaaak... " Ucap Muklis sembari terus menggempur lubang vagina Citra kuat kuat. Tanpa henti. Tanpa ampun.


PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK....PLAK PLAK PLAK....


"Rasain hukuman akibat kebohonganmu Mbak... Rasain hukuman akibat kenakalanmu...."

"Ohh... Uhh... Uhhh... Uuhh... Ngentot kamu Klis... Udah-udah... Mbak ngga mau kamu entotin seperti ini lagi.... Cabut kontolmu Klis... Cabuuut...." Erang Citra yang terus berusaha mendorong tubuh Muklis menjauh.


PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK.... PLAK....

PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK....

PLAK.... PLAK

PLAK....


"Sshhh.... Bener nih nggak mau aku entotin lagi...?" Goda Muklis yang kemudian menggoyangkan tusukan penisnya dengan gerakan super pelan. Sengaja menggoda syaraf sensitif bibir vagina Citra dengan urat batang penisnya. Menggelitik pelan hingga membuat Citra mendesah-desah keenakan.


"Bener nih Mbak...? Nggak mau dientotin kontol besarku lagi....?" Goda Muklis sambil menggelitik lubang anus Citra yang licin, "Nggak ada loh orang lain yang punya kontol seperti punyaku..."


'Oooohhh... Klisss... Ngentot kamu sayang... Jangan siksa Mbak seperti ini dooong..."

"Hehehe... Yaudah... Kalo nggak mau disiksa... Jawab dulu pertanyaan aku Mbak... " Ucap Muklis sambil terus menggerakkan jemarinya, menggelitik liang anus Citra sembari menyodokkan batang penisnya perlahan. Masuk. Keluar. Masuk . Keluar

"Oooohhh... Jawab apaan Kliisss...?"


"Tadi Mbak selingkuh khan...?" Tanya Muklis.sembari terus menggelitik kedua lubang tubuh bagian bawah milik Citra dengan gerakan super pelannya

"Nngg... Jangan siksa Mbak seperti ini Klis... Mbak nggak kuat kalo kamu perlakuin seperti ini..."

"Hehehe... Makanya.... Jawab dulu... " Pinta Muklis yang kali ini merabai titik kelemahan Citra yang super sensitif. Dengan tangan kirinya yang masih bebas, adik ipar Citra itupun mulai meremasi kedua puting payudaranya secara bergantian.

"Oooohh... Ngentttooot kamu Kliss... Ampuuunnn kliisss... Jangan siksa Mbak seperti ini... Udah dong sayang.... Goyangin kontolmu.. Memek aku udah nggak tahan niiih... Ayooo... Goyang yang cepeet..."

"Hehehe... Nggak mau sebelum kamu kasih jaawaaabannyaaa...."


Tak tahan dengan godaan Muklis. Citrapun akhirnya mengaku.

"Ooohhh... Iya Klis... Ssshh.... Mbak tadi selingkuh...?"

"Jadi bener Mbak...?"

"Ssshh.... Ooohh... Iiyaaaahhh... Mbak tadi ngentot dengan orang lain... Dan pejuh yang ada di memek Ssshh... Dan bool Mbak.... Itu milik orang lain....Ooohh.. Puuas Klis......?"


Mendengar pengakuan Citra, birahi Muklispun seketika meledak. Meluap-luap bak lahar panas. Matanya melotot dan mulutnya terkatup erat. Gigi-giginya gemeretak dan otot tubuhnya menegang.


"Aastaga Mbaaak... sempet-sempetnya ya...? Sumpah kamu nakal Mbak... Kamu nakal banget... " Ucap Muklis dengan nada berat. Seolah kesulitan menahan emosi. "Kamu memang istri lonte... Jadi bikin... Kontolku... Pengen ngentotin tubuh hamilmu.. Terus teruan... Ohh Mbaak Citraaaa Aguuustinaaaa....


Dengan kecepatan tinggi, Muklis lalu mencabut penisnya dari vagina Citra dan kembali menghujamkan kelubang anusnya.


PLOOOP CLEEECEEP..

Tanpa mengucap banyak kata, Muklis segera menggoyangkan pinggulnya. Bergerak dengan gerakan super cepat.


PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK....


"Ooohh.. Ooohh...Mukliiiissss... Pelan-pelan Kliiiisss...."

"Ngentot kamu Mbak... NGENTOOOT...."

"OOOHHH... Pelan Kliiss... Bo'ol Mbak NGILUUUUUU..."


PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK....


Tak peduli dengan desahan dan rintihan Citra, Muklis terus saja menggempur lubang pantat Citra keras-keras. Tanpa henti. Tanpa ampun..


PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK....

"Kamu memang harus dihukum Mbaak... Harus disiksa..." Geram Muklis yang kembali memindah tusukan penisnya dari anus ke vagina Citra.


PLOOPPPOP... CLLEEEEEPPP....


PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK....


"OHHHH... ANJRIIIITTTTT... Kliiisss.. pelan-peelaaannn.... " Erang Citra. "Jangan ngawur nyodokin kontolnya Kliiisss....Saaaakkkiiiiitttttt... Pelan-pelaaaann..."

"Huuuoooohh... Sakit apa enak Mbak...? Ohh..." Goda Muklis sambil terus meremas pantat Citra, "Kalo sakit kok memek Mbak bisa ngempot-ngempot gini... Ohh... Ohh... Ohh..."

"Ooooohhh..... Muuuukliiissss..... Saaakiiitttt.... Tapi sekaligus Eeeenaaaakkkk..."

"HAHAHAHA..... Dasar bini LOOONTEEEEE...."


PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK.... PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK


PLOOOPPPP CLLEEEEPPPP


berulang kali, Muklis menusukkan batang penis jumbonya ke vagina dan anus Citra secara bergantian. membuat kakak iparnya yang sedang hamil itu berteriak-teriak histeris. antara kesakitan, juga keenakan.


PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK... LAK PLAK... PLAK PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK.... PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK


PLAK.... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK...


PLOOOPPPP CLLEEEEPPPP


PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK... LAK PLAK... PLAK PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK.... PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK

PLAK PLAK PLAK.... PLAK... PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK.... PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK....

Sakit, geli, enak dan super nikmat. Itulah yang dirasakan Citra pada kedua lubang tubuh bawahnya. Karena walaupun berkali-kali Muklis mengaduk vagina dan anusnya secara bergantian, pada akhirnya, Citra pun menyerah dalam kenikmatan. Perlahan-lahan, gelombang orgasme mulai kembali menyapa.

"Ooooh kliiiss... ENAK banget kliiiss... NGEEENTOOOTTT... Mbak mau keluar Muklis ngentooott..."

"Hiya Mbak... Aku juga mau keluar... Kita keluar bareng ya Mbaak... "

"Oooh... Terus Kliss.. Entot memek Mbak terus Kliiss... Entot dengan KONTOL BESARMUUUU... ENTOOOOT TERSU KLIIISSS.... Iya.... Iya Klis... Kita keluar bareng... NGENTOOOTT... Kita KELUAR BAAREEEEENG....

"Sekarang ya Mbak... AKU UDAH NGGAK KUAT LAGI...."

"IYA KLIS.... Sekarang... SEKARAAANG... OOOHH.. NGEEENTOOOOTT... NGEEENTOOOOOTTTT..

CREEET CREET CREECEEET CREEET...

CROOOT CROCOOOTTT CROOT CRROOOT...

Seketika, tubuh kedua manusian yang masih ada hubungan keluarga itu bergetar hebat. Keduanya mendapatkan orgasme yang begitu dahyat. Tubuh Citra melejit-lejit karena nikmat. Matanya melotot dan mulutnya menganga. Sepertinya hari itu ia mendapat orgasmenya yang paling hebat.

begitu pula dengan Muklis. Yang walaupun sudah mendapat orgasmenya, masih saja menghentak-hentakkan pinggulnya, guna menyemburkan persediaan spermanya hingga habis ke liang peranakan Citra.


"Oooohh... Ngeeentoooottttt.... Enak bangeeet Kliiiiisss..... Saaakittt... Ngiluuuu... Tapi... Enaaaaakkkk..."

"Hehehe... Iya Mbak... Aku juga ngerasain enaaak bangeeet..."

"Gila.. Kamu kuat ya Klis.... Bisa bikin Mbak sampe kelojotan gini.... Sumpah... Mbak sampe lemes..."

"Mbak juga hebat kok.... Hamil hamil tapi masih bisa bikin kontolku sange terus...Hehehe...."

"Hhhh.. Hhh... Kamunya aja yang nafsuan Klis... Hhh..." Balas Citra. "Kliiis... Makasih ya.... Enak banget kontolmuuuu.... Bikin kaki Mbak lemes..." Lenguh Citra dengan vagina yang masih penuh oleh penis adik iparnya tiba-tiba kehilangan kekuatan pada lututnya. Dan seketika itu pula, tubuh wanita semok itu merosot kebawah. Muklis yang ada dibelakang Citrapun dengan sigap menangkap tubuh semok kakak iparnya dan ikut menurunkan tubuhnya.


"Loohh.. Mbaak... Bentar Mbak.. Jangan duduk dulu... Bisa patah kontolku kalo kamu dudukiinn Mbaak... " Protes Muklis yang buru-buru ikut menurunkan tubuhnya lalu merebahkan badannya diatas lantai kamar mandi yang dingin.

"Mbak nggak kuat Klis... Kaki Mbak capek bangeet... " Jawab Citra sambil memutar posisi duduknya. Dari yang semula memunggungi Muklis, jadi menghadap kearah adik iparnya. Dan dengan hanya beralaskan tubuhnya adik iparnya, Citrapun duduk bersimpuh sambil mengatur nafas.


"Oooohh... Mbaak... Kontolku jangan dipelintir gittuuu... " Erang Muklis yang merasakan jepitan vagina Citra seolah memeras batang kejantanannya.

"Hihihihihi... Maaf Klis... Kaki Mbak masih lemes kalo harus bangun.... Dan juga memek Mbak masih ngilu banget kalo harus ngelepas batang kontolmu..." Ucap wanita hamil itu mencoba mengatur nafasnya.


"Hhhhhh.... Mbaak mbaak.... Kamu tuh ya... Cantik banget kalo udah keluar..." Goda Muklis sambil meremas kedua payudara Citra yang bergoyang didepan tubuhnya. "Yaudah... Kalo gitu... Kamu istriahat dulu deh Mbak... Nggak apa-apa deh kalo kamu mau terus dudukin kontolku..."


"Makasih ya Klis... Makasih banget... " ucap Citra yang kemudian memajukan tubuhnya dan mengecup bibir saudara iparnya itu, "Kontolmu memang jauh lebih hebat daripada kontol pria-pria tadi..."

"Iya Mbak.. Sama-sama... " Jawab Muklis ,"Mbak udah puas khan...?"

"Hihihi.... Hiya Klis... Mbak selalu puas dengan pelayanan kontol besarmu..." Ucap Citra sambil mengejankan otot vaginanya, memberikan jepitan super ketat pada penis besar milik adik iparnya.

"Uuhhh.... Mantaaap.. " Erang Muklis keenakan.


"Huuuooohh.... Badan Mbak sakit semua Klis... Apalagi memek Mbak... Ngilu banget..." Desah Citra sambil menggeliatkan tubuhnya.

"Waduh... Tapi kira-kira kandunganmu nggak kenapa-napa khan Mbak...?" Tanya Muklis, "Khan dari pagi sampe barusan... Memek Mbak kayaknya nggak brenti-brenti muasiinnn kontolku.... Hebat bener Mbak... Jadi mirip Lonte beneran... Hehehe...."

"Iiihhh... Muklis.... Masa nyamain memek Mbak kaya memek Lonte siiihhh....?"

"Hehehe... Ya khan itu misal Mbak... Kalo misalnya Mbak lonte beneran... Kira-kira duit mbak udah dapet berapa ya....? Hehehe...."


Tak menjawab kalimat Muklis, Citra terlihat sedang menghitung sesuatu.


"Enam kontol.... " Bisik citra lirih pada dirinya sendiri

"Haaa....? Apanya yang enam kontol Mbak... ?" Kaget Muklis


"Eeh... Bukan... Anu... bukan Klis... Maksud Mbak...

"Enam... Memangnya Mbak tadi ngentot ama berapa cowok Mbak...?"


" Bukan Klis... Maksud Mbak bukan gitu..."

"JadiHari ini Mbak habis muasin enam kontol...? Gitu Ya Mbak...?" Tebak Muklis, "Kontol siapa aja Mbak... Tadi pagi memek Mbak muasin kontol Mas Marwan... Trus kontolku... Trus siapa lagi mbak...?"


"Hihihi... Apaan sih Klis...? Mbak tadi khan cuman becanda... Hihihihi...." Jawab Citra sambil cekikikan, "Mbak pengen tahu aja... Gimana reaksi kamu kalo misalnya tahu seumpama Mbak dientot ama orang lain.... Hihihihi..."

"Aaahhh.. Aku nggak peraya Mbak... Kamu pasti bohong ya...? Kamu barusan beneran dientot ama cowo lain khan...?"

"Hihihihi... Emangnya kenapa sih Klis kalo Mbak abis dientot ama kontol cowo lain...?"

"Ya aku pengen tahu aja Mbak..."

"Iihh kepooo deh kamu... Hihihi..."


"Iiiihhh Mbak gitu yaaa.... Main rahasia-rahasiaan segala..."

"Hihihi... Udahan yuk Klis... Kita makan.... Mbak udah laper... Mbak udah ditungguin ama Mas Marwan... " Jawab Citra yang kemudian mengumpulkan tenaganya dan buru-buru bangkit. Menaikkan tubuhnya dan melepas cengkeraman vaginanya pada penis Muklis.


PLOOOPPP


"Uuuuhh... Klisss... Selalu aja ya... Kontolmu selalu bikin memek Mbak ngilu.... Bikin memek Mbak kalo habis kamu entotin jadi melompong lebar gini... Hihihihi..." Kata Citra


SEEEERRR... Seketika lendir kenikmatan Muklis mengalir deras ke paha dalam Citra.


"Jadi Mbak... Kamu tadi dientotin berapa orang...?" Tanya Muklis lagi yang masih penasaran.

"Hihihihi... Apaan sih Klis...? Masih aja yaaaa....?" Jawab Citra yang kemudian menyeka lendir dan sperma yang mengalir turun di paha dalamnya. Kemudian segera mengenakan dres baru pembelian Muklis.


"Eh Klis.... Kamu nggak beli celana dalam ya....?"

"Emangnya kenapa mbak...?"

"Celana dalam Mbak khan basah kena pejuh kamu Klis... Masa mbak pakai lagi...?"

"Hehehe... Ya kalo nggak mau pakai... Gausa sekalian Mbak..."

"Iiiihh... Bisa masuk angin Klis...?"

"Hehehe... Yaudah.... Terserah Mbak aja kalo gitu...."

Link Altenatif : SAHABATMULIA.ME

"Hmmm... Dipake aja kali ya Klis.... Sekalian buat nahan sisa pejuh cowo- cowo yang masih tersisa di rahim Mbak.... Biar ga keluar mulu Klis...?

"Cowo-cowo...?" Kaget Muklis, "Naaah khaaan.... Kamu tadi beneran habis dientot banak cowo khan Mbaak....?"

"Hihihi... K.... E.... P....O....."

"Ahhh... Mbak Citraa....Ayo Mbaak.... Jawab... Kamu tadi ngentot ama siap Mbakkk....?"

"Hihihi....Udah ah... Yuk kita makan.... Mbak udah laper banget..."

"Mbak Citraaaa... Jawab dulu Mbaakk...."

"Hmmm... Kayanya tadi Mbak dientot ama..... Tukang sapu... Tukang baju.... Tukang pentung.... Ama Tukang parkir.... Jawab Citra sambil menggoyang-goyangkan pantatnya, "Gitu kali ya Klis...?" Tambahnya lagi tersenyum dan melangkah meninggalkan Muklis sendiri di dalam kamar mandi.

"Serius Mbak... Trus Ceritanya gimana...? Kok bisa seperti itu...?"

"Hihihi... Itu khan mungkin Klis... Mungkin....?"

"Haadeeeh... Mbaakk... Kamu bikin aku ngaceng lagi deeeeh...."

"Hihihi... Udah ah... Ayo makan..... Kamu tuh ya... Ngaceng mulu..."

"Mbak Citra Agustinaaa..... Ayo jawaaaab duluuu... Tadi ceritanya gimanaaaa....?"

 
Welcome to Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template